Haruto kini terdiam di kamarnya selama di Pack Timur. Matanya menatap kosong pemandangan luar kamarnya. Tatapannya memang kosong namun air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya. Perdebatannya dengan Jeongwoo tadi secara tidak langsung memaksa otaknya untuk mengingat kejadian dimana dirinya di permalukan di depan seluruh penghuni istana, mendapatkan hukuman atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Kini di pikirannya adalah Rowoon. Haruto sedikit membenarkan ucapan Jeongwoo tentang Rowoon yang lambat laun akan mengetahui jika ayah dan ibunya telah berpisah.
"Apa yang harus aku lakukan? Menetap di sini hingga anakku lahir dan demi Rowoon?"
"Kau harus" Haruto tersentak kaget dan menolehkan kepalanya ke belakang dan tersenyum lega ketika melihat Junghwan yang berdiri dan bersandar di pintu kamarnya. Terlalu sibuk dengan pikirannya membuat Haruto tidak mendengar jika pintunya di buka oleh Junghwan.
"Sudah tadi?"
"Yap. Melihatmu menangis dan berbicara sendiri sedari tadi." Haruto terkekeh pelan dan menghapus sisa airmata di pipinya dan menepuk tempat kosong di sebelahnya. Junghwan menutup pintu kamar Haruto dan melangkahkan kakinya untuk duduk di sebelah mantan kakak iparnya.
"Jadi anak kalian laki-laki?" ucap Junghwan sembari menatap perut Haruto.
"Iya. Laki-laki"
"Padahal aku menginginkan keponakan perempuan. Pasti sangat lucu" Haruto tertawa pelan lalu mengusak kepala mantan adik iparnya lembut.
"Kau bisa memilikinya sendiri nanti, Juju" Junghwan menghela nafas pelan dan menatap lekat mata Haruto.
"Hyung, kau tau Mashiho di mana ?" seketika Haruto panik dan membuang pandangannya ke segala arah.
"Tidak, Juju." Junghwan tersenyum nanar. Dia mengerti Haruto berbohong.
"Aku takut di luaran sana, dia di serang oleh orang jahat atau rogue"
"Tidak, Ju. Dia baik-baik saja dan dia berada di tempat yang sangat aman"
GOTCHA
Junghwan terkekeh pelan sedangkan Haruto merutuki mulutnya yang seenaknya berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Kkk jadi benar ya.. Mashiho bersamamu?" pada akhirnya, Haruto mengangguk pasrah.
"Dimana hyung? Aku ingin bertemu dengannya"
"Aku tidak bisa memberitahumu saat ini kecuali aku sudah mendapat izin dari Mashi."
"Dia benar-benar melakukan apa yang aku katakan saat itu." Junghwan tersenyum miris, mengingat ketika dirinya membentak omega tersayangnya dan mengatakan untuk pergi dan tidak muncul di hadapannya. Mashiho benar-benar melakukan itu semua demi menebus kesalahannya. Junghwan merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia mendengar penjelasan Mashiho dengan kepala dingin bukan dengan emosi yang berlebihan.
"Apa yang kau katakan padanya?" tanya Haruto
"Aku menyuruhnya untuk pergi dan tidak muncul di hadapanku. Aku bodoh kan, Ru hyung?" Haruto menggeser duduknya agar lebih dekat dengan mantan adik iparnya dan mengusap pundak alpha itu lembut.
"Aku akan kembali besok" mendengar itu, Junghwan menoleh panik karena hyungnya baru saja sadar dan Haruto akan pergi secepat ini? Hyungnya bisa kembali melemah.
"Maksudku, aku kembali sebentar untuk mengambil beberapa pakaianku." Junghwan menghela nafas lega.
"Kau tidak perlu kembali, hyung. Maid akan menyiapkan pakaian-pakaian untukmu." Haruto menggeleng pelan.
"Aku merasa tidak pantas memakai pakaian kerajaan karena aku bukan lagi bagian dari Pack ini." Junghwan dapat merasakan kesedihan pada setiap kata yang keluar dari mulut omega kakaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300802111-288-k124440.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerwolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...