Semua rencana Jungsik berhasil di gagalkan oleh Haruto tanpa sepengetahuan Jeongwoo. Omega cantik itu benar-benar menepati janjinya sendiri untuk menjadi perisai sang suaminya. Dia memastikan jika sang suami dapat fokus mengurus pemerintahan tanpa terusik dengan ulah sang paman. Ulah pertama sang paman adalah menukar obat-obatan yang baru saja di kirim dengan obat-obatan yang sudah kadaluarsa membuat para tabib desa melayangkan protes ke istana utama. Beruntung saat itu sang suami sedang bertugas ke Pack Utara sehingga seluruh kepengurusan di pegang Haruto untuk sementara waktu.
Flashback
“Yang Mulia Ratu, maafkan kelancangan kami datang kemari”
“Tidak apa-apa. Ada perlu apa kalian mencari Yang Mulia?” tanya Haruto. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut para tabib itu, mereka hanya saling bertatapan seolah saling melempar satu sama lain untuk berbicara membuat Haruto menghela nafas pelan. Jarinya ia ketukkan di singgahsana nya, membuat para tabib itu menunduk takut.
“kalian benar-benar tidak mau berbicara?” tanya Haruto. Hening. Haruto mendengus pelan lau menunjuk salah satu tabib tua di depannya untuk berbicara.
“tabib. Tolong beri tau aku apa yang terjadi.” Ucapan tegas dan mutlak keluar dari mulut Ratu Pack membuat sang tabib segera mendongak dan mengangguk patuh.
“Yang Mulia, maafkan hamba mengatakan demikian namun obat-obatan yang kami terima sebagian sudah kadaluarsa dan tidak bisa kami gunakan maupun di bagikan kepada masyarakat” Haruto terkejut tentu saja. Pasalnya dia dan sang suami sendiri yang mengawasi obat-obatan yang akan di kirim dari istana. Jadi, sangat tidak mungkin ada obat kadaluarsa di sana.
“Aku dan Yang Mulia sudah memastikan semua obat-obatan baru dan layak jual. Jadi bagaimana bisa ada obat kadaluarsa di sana?” ucap Haruto. Dahinya mengernyit ketika tabib tua itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya kepada Hruto. Haruto meneliti dua obat di tangannya dan matanya membulat seketika lalu berganti menatap tabib yang mengangguk di depannya.
“Aku simpan ini. Kalian bisa kembali. Pengiriman obat selanjutnya, aku jamin tidak akan ada obat-obat yang kadaluarsa. Aku akan mengganti seluruh obat yang kadaluarsa. Kalian bisa tunggu di sini saja” seluruh tabib mengangguk patuh. Haruto mengangguk kearah Asahi, menyuruh omega itu mengikutinya.
“Ru, bagaimana bisa ?” Haruto menggeleng tidak tau. Mereka pun sampai di gudang obat-obatan.
“ambilkan ganti obat-obatan kadaluarsa yang sudah mereka setorkan” Asahi mengangguk dan segera mengambil stok obat-obatan yang untung saja masih banyak tersisa. Asahi juga memastikan obat-obatan tersebut baru dan layak untuk di berikan. Asahi menoleh ke belakang, memberi kode kepada Haruto untuk mendekat dan langsung di lakukan oleh si empu.
“ ada apa?” Asahi menunjukkan cengiran lebarnya.
“Hehe, bisakah kau membantuku ? ada 6 karung dan aku rasa aku tidk bisa membawa semuanya” Haruto tertawa keras, Ia mengira ada masalah baru tapi ternyata hanya Asahi yang meminta bantuannya. Dengan sigap, Haruto meraih 4 karung obat-obatan yang ukurannya lebih besar dan membiarkan Asahi membawa dua karung yang ukurannya jauh lebih kecil dan ringan.
“Waah ternyata benar apa yang Pangeran Yoshi katakan tentang kau yang bisa saja mengangkat 10 karung beras dengan satu tangan” Asahi tercengang melihat Haruto yang mengangkat 4 karung besar obat dengan satu tangan saja. Haruto tertawa pelan mendengarnya.
“kakak itu terlalu berlebihan. Ayo, jangan biarkan para tabib menunggu kita terlalu lama”
Sesampainya di ruang aula, Haruto membagikan masing-masing karung sesuai apa yang tabib-tabib butuhkan lalu mendudukkan dirinya kembali di singgahsananya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
LobisomemHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...