"Sayang.."
"Hmm?" Haruto menggeliat pelan dan membuka perlahan mata bulatnya. Matanya kembali terpejam karena cahaya silau lampu lalu membuka matanya kembali.
Jeongwoo tersenyum lembut melihat Haruto yang begitu manis dan menggemaskan, sangat berbeda dengan Haruto yang ada di medan perang beberapa minggu yang lalu atau Haruto yang sedang mengajar.
"Sayang, masih ingin istirahat?" tanya Jeongwoo khawatir setelah melihat Haruto yang bangun sembari meringis pelan, memegang kepalanya. Haruto menatap sekelilingnya dan matanya membulat ketika langit telah berubah warna menjadi jingga yang berarti malam akan segera tiba.
"Aku tidur lama sekali, ya?" bukannya menjawab pertanyaan Jeongwoo, Haruto malah balik bertanya.
"Iyaa. Aku melarang semua orang untuk membangunkanmu. Seharusnya Rowoon ada di sini juga tapi Ia tertidur di kamar Asahi." jawab Jeongwoo. Haruto mengangguk lalu bergerak duduk di samping kasur. Jeongwoo merapikan rambut sang istri yang berantakan.
"Kau masih ingin istirahat lagi? Kau bisa kembali istirahat" ucap Jeongwoo. Melihat wajah Haruto yang masih sembab namun tidak separah tadi, membuatnya khawatir. Apalagi Haruto sedari tadi berkali-kali membuka dan menutup matanya.
"Tidak. Aku sudah cukup lama tidur. Aku mau mandi dulu saja." jawab Haruto. Ia pun perlahan bangkit namun pandangannya sedikit memburam membuatnya kehilangan keseimbangan dan Jeongwoo dengan cepat menangkap tubuh Haruto yang terhuyung ke belakang dan menempatkannya di pangkuan sang alpha. Haruto menyandarkan kepalanya ke bahu lebar Jeongwoo, sesekali memijat pelipisnya.
"Kau di sini saja ya. Tidak usah ikut acara pelantikanku. Kau tidak baik-baik saja, sayang" ucap Jeongwoo. Haruto mendongak dan menggeleng pelan.
"Justru pelantikanmu itu acara paling penting dan sakral, Jeongwoo. Jika aku tidak mendampingimu, mereka akan membicarakan kita yang tidak-tidak." jawab Haruto. Jeongwoo mendecak sebal, Ia bahkan tidak peduli dengan omongan omongan tidak penting dari mereka karena yang sekarang ia prioritaskan adalah keadaan istrinya.
"Dengarkan aku. Aku tidak peduli mereka ingin membicarakan kita seperti apa yang terpenting adalah kau. Acara ini akan sangat panjang dan lama dan kau tidak baik-baik saja jadi lebih baik kau di sini. Aku akan menyuruh Asahi dan maid untuk menjaga dan menyiapkan apa yang kau butuhkan" jawab Jeongwoo. Haruto menggeleng pelan di bahunya.
"Tidak. Aku akan tetap ikut" tegas Haruto.
"Tidak aku iz---"
"Jeongwoo, aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula ada kau di sampingku kan?"
"Tapi, Ru. Kau bahkan hampir terjatuh tadi"
"Baiklah untuk kali ini saja. Kau boleh menggandeng atau merangkulku asalkan aku boleh ikut." Jeongwoo terdiam sejenak lalu menatap lekat wajah Haruto. Memang wajah istrinya sudah tidak se sembab tadi dan juga tidak terlalu pucat. Akhirnya Jeongwoo menghela nafas panjang dan mengangguk pelan.
"Baiklah kau boleh ikut tapi kau tidak boleh jauh dari jangkauan ku. Mengerti?" Haruto tersenyum tipis lalu mengangguk cepat. Jeongwoo pun berdiri dan menuntun Haruto yang ingin membersihkan dirinya. Tenang, Ia hanya murni mengantarkan saja, tidak ada unsur lainnya. Setelah memastikan Haruto masuk ke kamar mandi, Jeongwoo keluar dari kamar dan memanggil maid untuk segera menyiapkan pakaian yang harus Haruto kenakan. Maid dengan segera mempersiapkan keperluan untuk Haruto dan Jeongwoo pun menyerahkan semuanya kepada mereka. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar Asahi.
Tok tok tok
Tak menunggu lama, pintu di buka oleh Asahi. Omega itu seketika menunduk singkat dan menyingkirkan tubuhnya agar Jeongwoo dapat masuk ke kamarnya. Alpha itu tersenyum manis melihat sang putra masih tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...