Quattro

7.2K 820 113
                                    

Haruto menghempaskan tubuhnya dan matanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Tangannya menyentuh dadanya dan jantungnya masih berdetak tak karuan.

"Sial !!" umpatnya. Setelah insiden kecup kening, Haruto langsung berlari meninggalkan Jeongwoo di persimpangan tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Malu, ia sungguh malu dan merutuki dirinya sendiri yang pasrah saja di cium oleh Jeongwoo.

Haruto pun bangkit dari kasurnya dan mengganti pakaiannya. Mengingat wangi yang ia cium tadi membuat Haruto kembali penasaran.

"Tidak mungkin kan aku mencium feromon alpha? Aku beta. Iya, mungkin di sana ada tanaman citrus jadi wanginya tak sengaja tercium olehku." ucap Haruto mencoba mengesampingkan aroma citrus yang ia cium saat bersama Jeongwoo tadi. Ia pun mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur miliknya. Setelah memastikan jendela, pintu dan gorden telah tertutup rapat, Haruto merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

.

.

.

"Haru.. Bangun" Asahi mengguncang pelan tubuh Haruto. Ia menghela nafas pelan melihat Haruto yang malah membalikkan badannya dan kembali merapatkan selimut tebalnya.

"heiii.. Bangunn aiishhh. Kau tidak sekolah, huh?!" ucap Asahi sembari menarik kuat selimut Haruto. Membuat Haruto mengerang kesal dan terpaksa membuka matanya.

"Aku malas pergi sekolah, Asahi."

"Apa?! Tidak tidak tidak, kau harus sekolah Haru. Yang Mulia akan marah padamu jika dia tau anak manisnya ini menjadi anak yang pemalas." bujuk Asahi. Mendengar itu, Haruto bangkit dan mengucek matanya pelan. Tangan Asahi terangkat untuk merapikan rambut Haruto yang mencuat.

"Ya ya ya. Aku mandi sekarang. Kau sudah sembuh?"

"Sudah lebih baik tapi ratu tidak mengizinkanku keluar sampai aku sembuh sepenuhnya" Haruto mengangguk paham dan pergi untuk bersiap-siap.

Setelah beberapa menit bersiap, Haruto pun akhirnya pergi ke sekolah. Jujur saja, ia sangat malas pergi ke sekolah apalagi harus bertemu Jeongwoo. Mau di taruh di mana wajahnya nanti? Dia masih malu karena kejadian semalam.

Dan yang di takutkan pun terjadi, Jeongwoo berjalan berlawanan arah dengannya. Haruto sontak menunduk dan menyembunyikan tubuh di gerombolan siswa di depannya, walaupun percuma karena tubuhnya yang tinggi sedangkan gerombolan siswa tersebut lebih pendek darinya.

Jeongwoo yang semula berbincang dengan Jihoon pun memusatkan pandangannya kearah gerombolan siswa di depannya. Ia terkekeh kecil melihat Haruto yang ada di gerombolan tersebut. Saat melewatinya, tangannya menahan lengan si manis membuat Haruto tersentak kaget. Mata bulatnya membola dan ia pun berusaha melepas cekalan Jeongwoo. Jihoon hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu berlalu meninggalkan keduanya.

"Menghindariku, eoh?"

"Tidak. Lepaskan, Jeongwoo. Kelas akan di mulai sebentar lagi" balas Haruto. Jeongwoo menarik Haruto dan mengukung tubuh ramping itu di lorong perpustakaan yang jarang di lalui siswa. Tangan Haruto menahan dada bidang alpha di depannya ketika Jeongwoo semakin mendekatkan wajahnya.

"Le.. Lepas Jeongwoo"

Tangan kekar itu meraih kedua tangan kurus Haruto dan menguncinya hanya dengan satu tangannya. Haruto panik karena di liat dari sisi manapun, dia tidak bisa kabur apalagi tangannya di kunci seperti ini.

"Berciuman di pagi hari sepertinya menyenangkan, bukan?" tanya Jeongwoo sembari menatap tajam Haruto dengan senyuman miringnya. Mata bulat itu membola dan dengan sekuat tenaga ia pun memberontak dari kukungan Jeongwoo. Sayangnya, Jeongwoo lebih kuat dan kini tangannya yang menganggur mengunci pinggang ramping Haruto.

DESTINO S1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang