Jaehyuk dan Asahi yang baru saja kembali menatap bingung beberapa tabib yang berlarian panik. Jaehyuk menghentikan satu tabib dan menanyakan apa yang terjadi di istana.
"Ada apa ini?"
"Kepala Menteri, Yang Mulia Raja sedang dalam masa kritisnya." Pasangan tersebut terkejut dan Asahi berlari mendahului sang kekasih. Walaupun dirinya masih belum bisa memaafkan Jeongwoo namun mendengar kabar ini membuatnya tidak tenang. Di bukanya pintu besar di depannya dan hatinya mencelos melihat Jeongwoo terbaring lemah di ranjangnya dengan wajah yang pucat dan tubuhnya yang jauh lebih kurus dari sebelumnya.
"Bibi hikss hikss ayah bii.. Ayah hikss.. Sakit hikss.. Ayah hiks tidak mau bangun." Asahi menggendong tubuh bergetar sang keponakan. Tangannya mengusap lembut dan membisikkan kata-kata penenang.
"Yang Mulia, apa yang terjadi?" tanya Jaehyuk. Junhoe menghela nafas panjang dan menatap sendu putra sulungnya.
"Aku tidak mengerti. Aku dan Junghwan sedang mengecek berkas kerajaan lalu Jeongwoo kembali dan jatuh tidak sadarkan diri di depan kami. Kami memanggil tabib dan tabib mengatakan jika Jeongwoo sedang dalam masa kritisnya" Asahi mengerti. Sangat mengerti. Dirinya baru bisa mengakui jika alpha yang tengah berbaring di depannya ini memang mencintai sahabatnya.
"Dia jauh dari omeganya, itu sebabnya dia melemah." ujar Asahi. Semua mata menatapnya.
"Sayang, kau tau obat apa yang bisa menyembuhkannya?" Asahi menggeleng pelan, matanya masih lekat menatap sang Raja.
"Dia tidak perlu obat apapun. Dia butuh omega nya. Dia membutuhkan Haruto untuk melewati masa kritisnya" semua terdiam. Mereka bahkan sudah mencari sang Ratu ke seluruh Pack namun nihil. Bahkan di Pack Barat pun, para schouts dan warriors mengatakan jika Haruto sempat pulang namun kembali pergi.
"Aku akan menyuruh para schouts mencari---"
"Tidak perlu mencarinya. Dia akan datang kemari dengan sendirinya" ucap Asahi. Matanya terpejam sejenak.
'kembalilah Ru. Dia membutuhkan mu'
.
.
.
"HAHHHH" Haruto membuka matanya, nafasnya tidak beraturan. Dengan cepat ia raih segelas air di nakas samping kasurnya dan meneguknya cepat.
Ceklek
"Ru, ada apa?!!" Mashiho menghampiri sang omega dan mengecek suhu tubuh Haruto. Normal.
"Heii kau kenapa? Mimpi buruk?" Mashiho semakin khawatir melihat Haruto yang menatapnya tak fokus.
"Aku.. Jeongwoo.. Dia.. Hiks Jeongwoo, aku melihatnya kesakitan hiks aku melihatnya kesakitan hiks Mashi aku harus apa?" Mashiho menarik omega hamil itu kedalam pelukannya. Tangannya ia usapkan lembut ke bahu sang omega berharap tangisan Haruto reda.
"Kau harus kembali, Ru." ucap Mashiho.
"Tapi Mashi ak---"
"Awalnya aku tidak tau apa yang terjadi padamu akhir-akhir ini tapi melihatmu mimpi buruk seperti ini, ku pikir ini sudah saatnya kau kembali, Ru. Yang Mulia Raja mungkin sedang tidak baik-baik saja." ucapan Mashi bisa saja benar. Namun, Haruto adalah omega yang keras kepala. Masih mementingkan ego di banding hatinya. Wajar bukan jika dia masih kukuh ingin tetap di tempatnya daripada harus bertemu dengan alpha yang sudah menyakitinya.
"Tidak. Aku tidak bisa, dia pasti baik-baik saja. Aku hanya mimpi buruk saja. Ya, itu pasti hanya mimpi saja." Mashiho hanya bisa pasrah. Dia tidak bisa memaksa Haruto untuk mengikuti sarannya.
"Baiklahh. Anggap saja itu memang hanya mimpi buruk. Kembalilah tidur. Aku juga akan kembali ke kamarku. Selamat malam" ucap Mashiho. Setelah mendapat jawaban dari Haruto, Mashiho pun beranjak pergi dari kamar omega hamil tersebut. Haruto mengeratkan selimutnya dan memejamkan matanya, mencoba untuk kembali terlelap namun matanya kembali terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINO S1 (END)
WerewolfHaruto merasa dirinya memanglah seorang Beta dari keluarga Watanabe. Dia yakin seratus persen karena dia tidak mengalami heat saat umurnya genap 17 tahun hingga kini ia 19 tahun dan berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Namun apakah pemikir...