(+34) Kepergian Jisung

389 63 0
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Seorang wanita paruh baya menangis keras sambil mengelus kepala putranya yang sudah tidak memiliki rambut lagi, pria paruh baya yang disebelahnya menggenggam erat tangan putranya yang terlihat sangat kering, kurus dan sedikit keriput

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita paruh baya menangis keras sambil mengelus kepala putranya yang sudah tidak memiliki rambut lagi, pria paruh baya yang disebelahnya menggenggam erat tangan putranya yang terlihat sangat kering, kurus dan sedikit keriput. Putranya yang sedang terbaring meneteskan air matanya dalam diam menahan semua kesakitan yang ada dalam tubuhnya.

Wanita itu memeluk tubuh putranya diikuti oleh pria paruh baya yang ada disebelahnya. Mereka berdua mendekap erat tubuh lemah putranya seolah memberikan kekuatan untuk putranya, dan seolah ingin mentransfer rasa sakit yang selalu diderita oleh putranya pada mereka.

Setelah beberapa detik berlalu, kedua orang paruh baya itu melepaskan pelukannya lalu sang wanita mendekatkan mulutnya pada telinga putranya dan membisikkan kata yang selalu ingin putranya dengar.

"Istirahatlah sayang, eomma tau kamu lelah. Chenle boleh istirahat sekarang. Maaf eomma menahan Chenle terlalu lama di sini. Istirahat yang tenang dan damai ya sayang, eomma ikhlas."

Setelah sang ibu mengatakan hal itu, Chenle lantas kembali meneteskan air matanya lalu menatap Jisung yang sedang berdiri dan tersenyum lebar disamping kaki kirinya.

"Ayo pergi le, waktunya kita pergi," ucap Jisung sambil tersenyum lebar.

Chenle membalas senyum Jisung tidak kalah lebar dari dalam masker oksigennya. Setelah itu matanya sedikit demi sedikit tertutup untuk menjemput tidur panjangnya yang hangat tanpa kesakitan lagi. Pemuda itu akan beristirahat untuk waktu yang sangat lama.

Sudah waktunya Chenle istirahat dan terbebas dari rasa sakitnya.

Monitor detak jantung berbunyi nyaring membuat tangisan ibunya semakin keras. Ayah Chenle yang berusaha untuk tegar memeluk istrinya untuk menenangkan. Mereka tidak akan memanggil dokter karena ini sudah keputusan mereka untuk membiarkan Chenle pergi. Walau berat, tapi ini lebih baik daripada harus melihat Chenle yang setiap hari harus merasakan kesakitan karena penyakitnya.

Roh Chenle telah keluar dari dalam tubuhnya dan berdiri disamping Jisung sambil menatap sendu kedua orang tuanya yang menangisi kepergiannya.

"Mereka nangisin gue."

"Ya iya lah, mereka kan kehilangan anak mereka satu-satunya."

"Lo sabar banget nungguin gue," ucap Chenle sambil menatap Jisung.

"Karena gue takut lo sendirian." Chenle terkekeh pelan mendengar jawaban Jisung.

"Gue belum sempet pamit lagi."

This Ghost | Na Jaemin (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang