End

80 13 3
                                    


Taeyong sekarang tengah membawa adiknya menuju lapangan di depan gedung. Disana sudah ada Somi, Lino, dan tak lupa juga dengan Chan yang tengah duduk santai. Ah tidak, Somi dan Lino saja yang duduk, sedangkan Chan berdiri memperhatikan ke depan. Mereka bertiga menunggu (y/n) sedari tadi.

Mata Chan mulai berbinar saat melihat (y/n) yang tengah memakai toga nya. Apalagi senyuman yang di timpalkan gadis itu terus mengembang. (y/n) sangat senang dan berakhir dia mulai mempercepat jalannya, meninggalkan Taeyong di belakang yang kini hanya menatap kedua insan di mabuk cinta ini.

Chan tak mau kalah, dia berlari menuju ke arah (y/n) sembari merentangkan tangannya guna merengkuh tubuh mungil gadis tersebut.

hug!

Pelukan hangat terjadi, (y/n) berjinjit– mencoba meletakkan dagunya ke arah pundak Chan, sementara sang adam pun menunduk. Mencium surai rambut gadis di rengkuhannya yang berwangi vanilla.

"KANGENNNNN KAKAKK!!" pekik (y/n) yang sekarang tengah menahan air mata nya agar tak jatuh.

Chan terkekeh pelan. Dengan telaten dia mengelus punggung sang kekasih. Pelukan di lepas, membuat kedua insan kini saling menatap satu sama lain. Chan melingkari tangannya ke arah pinggang (y/n) sementara sang empu melingkari tangannya di leher Chan.

"Kakak juga kangen kamu, cantik.."

Satu tangan kanan Chan menangkup pipi gembul gadis nya. Dia memberi elusan pelan, dan mencoba menghentikan air mata (y/n) yang ingin membasahi pipinya.

Chan melihat ke belakang, disitu ada Somi, Lino, Taeyong yang sedang melihat aksi mereka berdua.

"Bang! (y/n) gue pinjem bentar, boleh?"

"Boleh, tapi jangan lo apa-apain adek gue!"

Tangan Chan membuat pola jempol, lalu menarik (y/n) menjauh dari tiga kurcaci tersebut.

"Kembaliin (y/n) kerumah gue ya kak!" teriak Somi nyaring.

Lino menatap kecewa ke arah Somi, "lho Somi, ku pikir kamu mau spend the time sama aku.."

"Iya Kak Linoo, iyaa!"

Mungkin Taeyong hanya menjadi nyamuk di kehidupan cinta empat remaja ini. Terlalu workholic ya begini jadinya. Urusan perempuan belakangan, yang terpenting adalah hidup mapan terlebih dahulu.

Chandra membawa (y/n) ke tempat yang sebelumnya belum sempat mereka bertemu. TAMAN! Yapp Taman yang dulu menjadi saksi dimana (y/n) yang membeku karena menunggu Chan yang tak kunjung datang. Kenangan pahit, tapi— itu hanya masa lalu saja. Mereka kini mendatangi tempat itu kembali dengan bercengkraman tangan seolah-olah tak ingin melepaskan dan menganggap ini adalah pertemuan terakhir mereka.

"Aku dulu nunggu kakak disitu!" jari telunjuk milik (y/n) mengarah ke sebuah ayunan di tempat bermain.

"Iy- iyakah? Ahh maaf.."

"Santai aja kalik kak, itu udah berlalu juga kann.."

(y/n) memeluk lengan Chan posesif, menaruh dagunya di pundak Chan lalu tersenyum sumringah, "yang terpenting kita kayak gini lagi.. aku udah senang."

Jantung Chan rasanya ingin meledak. Dimple manis sang kekasih bisa membuat dia meleleh saat itu juga. Walaupun cuaca tengah dingin, tapi perlakuan gadis di depannya ini sangat hangat. Tolong Chan melted. Kedua pipi nya memanas, tak lupa juga dengan telinga nya yang kian memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mudita - BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang