7. Kunjungan part 1

58 9 1
                                    

Di Aula Buddha di sisi barat Aula Istana Seratus Berkah, seikat dupa dimasukkan ke dalam tungku dan dibakar dengan tenang, melepaskan asap harum yang tertinggal di Aula.

Janda Permaisuri mengenakan pakaian berkabung, matanya terpejam, dan ia berlutut di atas futon tanpa bergerak, dengan satu tangan di dadanya, dan tangan lainnya perlahan-lahan mencengkeram manik-manik diatas rosario batu akik, ia membaca kitab suci dengan tenang.

Ia hidup telah melalui pemerintahan dua Kaisar dan sekarang berusia lebih dari enam puluh tahun. Pada pandangan pertama, ia tampak seperti wanita tua yang ramah dan bermartabat, yang telah merawat penampilannya dengan baik. Setelah diperiksa lebih dekat, ada beberapa garis vertikal di alisnya dan sedikit penurunan disekitar mulutnya mengungkapkan cara tegas dan berwibawa, menunjukkan keagungan sepanjang tahun karena posisinya yang tinggi di Istana.

Qi Mu menunggu lama dengan ekspresi muram dan pucat. Meskipun ia sangat cemas, ia tidak berani berbicara gegabah dan mengganggu Janda Permaisuri yang melantunkan ayat sutra, karena itu ia tidak punya pilihan lain selain mundur ke aula utama dan minum teh sambil menunggu.

Setelah ia minum tiga cangkir teh, Janda Permaisuri akhirnya meninggalkan Aula Buddha dengan dibantu seorang pelayan dan kembali ke Aula Utama.

"Yang mulia!" Qi Mu buru-buru bangkit, menyapanya, dan ingin menceritakan apa yang terjadi di Aula Taiji beberapa waktu lalu.

"Cukup, tidak perlu cemas, aku sudah mendengar semuanya." Ibu Suri menatapnya dengan dingin, menyesap teh dari pelayan, lalu meletakkannya.

Itu adalah insiden yang sangat mengejutkan, jadi tidak mengherankan jika seseorang segera melaporkan kepadanya. Akan lebih mengejutkan jika ia tidak tahu apa-apa.

"Yang Mulia, katakan pada saya, bagaimana menurut anda? Bagaimana dia bisa membunuh seseorang di pemakaman mendiang Kaisar? Orang barbar macam apa dia, berani melakukan hal seperti itu?"

Meskipun nada Qi Mu penuh dengan ketidakpuasan dan celaan, hatinya terkejut dan takut dengan sikap Xiao Kezhi yang arogan dan tidak peduli.

"Aku sudah memberitahumu sejak awal bahwa aku lebih suka membantu Putra Mahkota naik tahta daripada membawa seseorang yang sama sekali tidak dikenal. Namun, Kau bersikeras mendengarkan orang lain."

Berbicara tentang kejadian baru-baru ini, Janda Permaisuri tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir dengan dingin saat menyebutkan peristiwa masa lalu.

Mendiang Kaisar, Xiao Lian sakit parah, Janda Permaisuri dan Qi Mu mendiskusikan penerusnya.

Ia mengusulkan Xiao Yu sebagai penerusnya, meskipun menjadi musuh mereka, Xiao Yu masih seseorang yang sangat mereka kenal. Bahkan jika Xiao Yu naik tahta, Xiao Yu masih harus mewaspadai keluarga Qi.

Kedua, Xiao Yu tidak memiliki anak sejauh ini. Ketika saatnya tiba, Xiao Yu akan dipaksa untuk mengadopsi klan sebagai ahli warisnya. Setelah itu, tidak peduli apakah Xiao Yu masih Kaisar atau digantikan, ia akan tetap memegang kendali di belakangnya. Namun, Qi Mu terpengaruh oleh saran dari salah satu anggota stafnya dan bersikeras membiarkan Pengeran Qin memasuki ibukota untuk menghindari masalah di masa depan.

"Itu semua salahku, Saya telah salah menilai pejabat yang tidak jelas dan picik." Qi Mu menyesal selagi menyebutkan masa lalu.

Baru kemarin ia mengetahui bahwa stafnya telah disuap secara pribadi oleh Xiao Kezhi sejak lama. Stafnya membuat saran itu untuk memfasilitasi rencana Xiao Kezhi.

"Sudahlah, jangan bicarakan hal yang tidak berguna ini. Dia cerdas, bahkan jika kau dan aku memilih Putra Mahkota, dia selalu punya cara lain untuk datang ke Chang'an." Janda Permaisuri Qi menghela nafas, merasa sedikit penyesalan, "Ya. Aku sudah meremehkannya. Dengan kejadian hari ini, dia telah mengamankan tahta. Adapun Putra Mahkota, biarkan Pangeran Qin yang memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan, jangan ikut campur. Setelah bertahun-tahun menderita, dia akhirnya kembali ke Chang'an, kita harus membiarkan dia merasa nyaman untuk sementara waktu. "

Qi Mu tahu bahwa ia salah, dan ia tidak berani membuat klaim apa pun. Ia hanya bisa membungkuk dan menjawab dengan setuju.

...

Malam itu, setelah Xiao Yu kembali ke Istana Musim Semi, ia memerintahkan Zhao Yanzhou untuk menulis surat atas namanya.

Surat itu untuk membujuk para abdi dalem yang berbicara atas namanya untuk mengajukan pernyataan tertulis yang menyatakan dukungan mereka terhadap Pangeran Qin untuk naik tahta.

Surat itu juga menyiratkan bahwa mereka perlu menentukan bagaimana bertindak berdasarkan situasi keseluruhan dan menyatakan keengganannya untuk menyebabkan perang memperebutkan kekuasaan. Ini akan menunjukkan bahwa situasi saat ini telah membuat putra mahkota tidak berdaya.

Dengan cara ini, ia tidak hanya dapat melindungi dirinya sendiri, tetapi juga untuk sementara menenangkan para pejabat yang mengikutinya agar tidak berkecil hati dan mencegah mereka terpecah.

Kemudian, ia secara pribadi menulis Surat Resmi yang mengatakan bahwa meskipun ia seorang Putra Mahkota, ia tidak memiliki bakat dan kebajikan, jadi ia tidak layak atas tahta. Ia juga menulis bahwa pamannya adalah seorag pejuang pemberani yang membawa kemuliaan leluhur mereka, menjadikannya kandidat paling cocok untuk tahta.

Pada saat beberapa salinan itu resmi dikirim ke Istana Naga Ilahi, itu sudah lewat tengah malam.

Keesokan paginya, upacara penobatan kaisar baru akhirnya diadakan di sisi timur Aula Taiji sesuai jadwal.

Kali ini, tidak ada tanda-tanda perdebatan dan perbedaan pendapat diantara pata pejabat dan seluruh upacara penobatan berjalan dengan lancar di bawah arahan pembawa acara.

Segera setelah itu, semua orang bergegas kembali ke sisi barat Aula Taiji untuk melanjutkan upacara pemakaman mendiang kaisar.

Ketika tubuh Xiao Lian diabadikan dalam peti mati, semua orang mengenakan pakaian berkabung yang berbeda berdasarkan tingkat hubungan mereka dengan mendiang Kaisar, upacara sepanjang hari itu benar-benar berakhir.

Ketika semua debu mereda, sarafnya Xiao Yu yang tegang sedikit mengendur dan tubuhnya yang lemah akhirnya mencapai batasnya dan kembali ke Istana Musim Semi Abadi.

Chu Ning sudah sangat lelah, Ia hanya bisa memerintahkan seseorang untuk membawa Xiao Yu ke kamarnya dan memerintahkan pelayan untuk memanggil Tabib kekaisaran, Ia secara pribadi melepas jubah luar Xiao Yu dan membaringkannya di tempat tidur.

Sambil menunggu Tabib kekaisaran, ia memanggil Zhao Yanzhou ke gerbang aula utama, dan membisikkan tentang kabar Xiao Yu tadi malam, Zhou Yanzhou juga memberitahunya tentang Xiao Yu yang memerintahkan seseorang untuk mengirim surat dan para abdi dalemnya ke Istana Naga Ilahi. Chu Ning menghela nafas lega dan kembali ke Istana.

Meskipun ia membenci Xiao Yu, ia tidak pernah berharap Xiao Yu dibunuh oleh Pangeran Qin dalam perebutan takhta. Bagaimanapun, Xiao Yu adalah Putra Mahkota dan ia adalah istrinya dan putri seorang menteri yang dipermalukan. Ia tidak memiliki dukungan keluarga yang kuat dan keamanannya bergantung pada Xiao Yu.

Setelah beberapa saat, seorang pelayan melaporkan dari luar aula: "Yang Mulia, Tabib Kekaisaran ada di sini."

Chu Ning mendengar dan ingin mengirim Cuihe untuk menyambutnya, tetapi ia mendengar pelayan di luar sejenak menjadi ragu dan melanjutkan: "Yang mulia...Yang Mulia Kaisar juga ada di sini."

The Gilded CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang