24. Meminum Sup

47 8 1
                                    

Suasana di dalam ruangan tiba-tiba menjadi stagnan.

Tubuh Xiao Kezhi tegang selagi tangannya menopang dirinya di atas Chu Ning, menatap wanita itu dibawah, seolah-olah ia ingin mengungkapkannya atau mungkin menyalahkan gairahnya.

Karena Xiao Kezhi tidak menjawab, Kasim di luar ruangan dengan bijak tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Chu Ning akhirnya membebaskan dirinya dari saputangan sutra di pergelangan tangannya. Kedua tangannya mati rasa kerena diikat. Kemudian ia berbisik: "Yang Mulia, Putra Mahkota telah bangun, saya harus kembali."

Saat ia berbicara, matanya masih sedikit merah, air mata berkilauan dibulu matanya yang panjang, mengancam akan jatuh.

"Apakah kamu ingin kembali dan melayaninya?" Semangat mereka terpaksa terhenti, membuat Xiao Kezhi merasa frustrasi. Kekesalan itu berubah menjadi kemarahan yang tidak dapat dijelaskan.

Chu Ning adalah keponakannya, ini adalah fakta yang ia ketahui sejak awal.

Ia tidak pernah peduli apakah Chu Ning sudah menikah. Ketika ia tertarik padanya, ia tidak pernah peduli dengan statusnya. Tapi sekarang, ketika ia melihatnya tergesa-gesa hanya untuk kembali ke sisi pria lain secepat mungkin, ia merasa marah

Chu Ning bergegas untuk kembali ke Putra Mahkota, Ia memperhatikan ekspresi tidak senang Xiao Kezhi dan tahu bahwa ia harus menenangkannya. Ia perlahan memalingkan wajahnya untuk melihat cahaya bulan perak dilantai dan berkata: "Saya sebenarnya tidak mau, tetapi saya harus kembali."

Entah bagaimana, melihat profil Chu Ning yang anggun dan lembut, amarah Xiao Kezhi lenyap.

Tapi keengganan di hatinya tetap ada, menuntut bahwa ia harus mendapatkan sesuatu sebagai balasannya.

Terutama ketika Chu Ning mengenakan pakaian yang begitu menggoda dan terbuka. Setiap kali ia memikirkan Chu Ning akan kembali seperti ini, dadanya terasa sesak. Xiao Yu bukanlah seorang biksu. Apalagi Xiao Yu akan berangkat besok. Bahkan jika Xiao Yu minum terlalu banyak malam ini, ia tidak akan melepaskan Chu Ning dengan mudah malam ini.

Oleh karena itu, Xiao Kezhi mengertakkan gigi dan memerintahkan Kasim yang berada diluar, "Ambil air dan bawakan pakaian dalam."

Mendengarnya, Chu Ning memiliki perasaan samar di hatinya menebak apa yang Xiao Kezhi rencanakan. Ia buru-buru menoleh untuk menatapnya dan berbisik, "Yang Mulia, Apa yang akan anda lakukan?"

Xiao Kezhi tidak menjawab, tetapi membaliknya dengan paksa, membuatnya berbaring di sofa.

"Yang Mulia-"

Chu Ning ingin bangun, tetapi Xiao Kezhi mendorongnya kembali dengan paksa, membuatnya berbaring lagi.

Jari-jarinya yang kasar bersandar dipunggung Chu Ning, di tepi pakaiannya.

Chu Ning sedikit gemetar. Kemudian, Xiao Kezhi meraih ujung rok pakaiannya dan menariknya dengan keras. Merobek bagian tengah pakaian sutra halus dan lembut itu.

Ia menariknya ke atas dan membuang pakaian itu ke samping. Kemudian, ia menggertakkan giginya dan berkata: "Kamu tidak diizinkan untuk kembali mengenakan pakaian yang tidak tahu malu ini."

Chu Ning berlutut di sofa dengan punggung menghadap ke arahnya, rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya, ia tampak seperti gadis muda yang polos dan tidak berdaya.

"Setelah mereka membawa pakaian itu, ganti sendiri."

Xiao Kezhi merasa cemburu dan marah. Ia mengangkat rambut Chu Ning dan menggigit bagian belakang bahunya dengan paksa, sampai meninggalkan dua baris bekas gigi dipunggungnya, lalu perlahan melepaskannya.

The Gilded CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang