Chapter 34

3.5K 128 3
                                    

Di dalam ruang rawat, Mira masih berbaring di ranjang dan belum sadarkan diri. Theo mendekati sang istri dan memegang tangannya.

"Ayah, bunda kenapa? " tanya Marcell.

"Bunda sedang istirahat nak. Sebentar lagi bunda akan bangun kok, " jawab Theo.

"Kak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Kak Mira? Kenapa kondisinya bisa seperti ini? " tanya Marco.

"Kemungkinan besar Christina menyakitinya sampai kondisinya lemah seperti ini. Dan juga kakak tidak tahu kalau kakakmu sedang mengandung, " jawab Theo.

"Mengandung itu apa paman? " tanya Marcell.

Marco bingung ingin jawab seperti apa untuk menjawab pertanyaan sang keponakannya. Dirinya tahu hanya saja tidak bisa menjelaskannya secara detail. Trini tersenyum dan memanggil Marcell.

"Marcell kemari, " kata Trini.

"Kenapa nek? Apa nenek tahu soal itu? " tanya Marcell.

"Tentu saja nenek tahu. Di perut bundamu, ada adik bayi yang akan dikandung sampai 9 bulan, " jawab Trini.

"9 bulan? Lama dong adik bayinya keluar, " kata Marcell.

"Marcell juga waktu masih bayi kecil berada di perut bunda kok. Jadi, Marcell sebagai seorang kakak jaga bunda dan adik bayi ya, " kata Trini.

Marcell hanya menganggukkan kepalanya. Theo senantiasa duduk di samping ranjang Mira. Bahkan dirinya tidak ingin makan jika istrinya tidak sadar. Pada malam harinya, Theo masih menunggu sang istri bangun dari tidurnya. Keluarganya pulang ke rumah dan memutuskan untuk kembali besok.

"Sayang, apa mimpimu begitu indah ya sampai kamu tidak bangun? Maafkanku karna aku tidak bisa menjagamu dan calon anak kita dengan baik, " kata Theo mengelus wajah sang istri.

Tak lama setelah dia mengucapkan kata itu, ada pergerakan di jari tangan sang istri dan perlahan matanya terbuka dan melihat sekitar. Theo yang melihat hal itu tersenyum senang.

"Mas, aku dimana? " tanya Mira dengan nada lemah.

"Kamu ada di rumah sakit. Tunggu sebentar aku panggilkan dokter dulu ya, " jawab Theo.

Tapi Mira menggelengkan kepalanya seakan dirinya tidak ingin diperiksa oleh dokter. Theo hanya menurut dan duduk disamping Mira.

"Bagaimana dengan Marcell? " tanya Mira.

"Dia baik-baik saja. Sekarang kamu fokus dengan kesembuhan kamu dulu. Dan juga calon bayi kita, " jawab Theo.

"Bayi? Maksud mas aku hamil? " tanya Mira hampir tidak percaya.

"Iya kamu hamil sayang, " jawab Theo tersenyum.

"Baby, maafkan bunda ya. Bunda tidak tahu kamu ada disana, " kata Mira mengusap perut ratanya.

"Kamu tenang saja. Dia kuat kok dan dia pasti bangga memiliki seorang ibu yang kuat seperti dirimu, " kata Theo.

"Oh iya soal Christina bagaimana? " tanya Mira.

"Untuk apa kamu pikirkan dia? Yang pasti dia akan dipenjarakan dengan waktu yang lama, " jawab Theo kesal.

"Apa kamu yakin? Bagaimana jika ada keluarganya mencarinya? " tanya Mira.

"Dia sudah lama tidak memiliki orang tua. Dirinya seperti itu karena faktor lingkungannya membuat dirinya seperti saat ini, " jawab Theo.

"Apa tidak dibawa ke rumah sakit jiwa saja agar diperiksa lebih lanjut? Aku yakin dia pasti berubah kok, " kata Mira.

"Kenapa kamu baik sekali kepada wanita gila itu? Apa kamu tidak ingat dia hampir membuatku harus kehilangan dirimu dan calon bayi kita untuk kedua kalinya? Seharusnya kamu membencinya, " tanya Theo kesal.

"Aku tahu kok mas. Pasti mas masih kecewa dan kesal kepada Christina. Dan alasan aku tidak membencinya adalah almahum kedua orang tuaku tidak mengajari aku dan Marco untuk membenci orang sekalipun orang itu menyakiti kami. Jika orang tuaku membiarkan aku membenci orang lain, bisa saja detik ini aku membencimu dan juga kita tidak akan bersama sampai saat ini. Maka dari itu, maafkan dia. Percayalah bahwa dia akan berubah, " jawab Mira menatap wajah sang suami.

Tentu Theo merasa tersentuh dan bangga memiliki istri seperti Mira. Memang benar tidak baik membenci orang terlalu lama. Apalagi sampai menimbulkan dendam. Benci dan dendam merupakan dua hal yang dapat merusak kehidupan seseorang. Theo memeluk sang istri dan mencium keningnya.

"Baiklah. Aku turuti permintaanmu. Tapi jika memang dia tidak berubah, jangan salahkan aku kalau aku jebloskan dia ke penjara, " kata Theo.

Mira hanya menganggukkan kepalanya. Beberapa bulan kemudian, Christina saat ini berada di RSJ dan benar dirinya mengalami Obsessive love disorder yang dimana seseorang menjadi terobsesi terhadap orang yang sangat dicintainya. Penyakit ini bisa timbul dalam menjalani suatu hubungan ataupun tidak.

Sekarang usia kandungan Mira menginjak 3 bulan. Theo menjadi suami siap siaga untuk Mira. Dirinya bahkan lebih memilih bekerja dari rumah untuk mengawasi istrinya walaupun ada sang ibu yang selalu menemaninya. Di ruang kerja, Theo sedang mengerjakan beberapa dokumen. Dirinya tidak sadar bahwa sang istri datang dengan membawa sebuah album foto.

"Mas, apa mas lagi sibuk? " tanya Mira.

"Tidak juga. Cuma mengerjakan dokumen. Sebentar lagi siap kok, " jawab Theo tersenyum.

"Oh baiklah. Aku tunggu di sofa itu ya, " kata Mira.

Mira duduk di sofa sambil membaca beberapa buku disana. Setelah selesai mengerjakan dokumen tersebut, Theo menghampiri Mira dan duduk disamping sang istri.

"Ada apa kamu kesini? Apa keinginan baby kita ini? " tanya Theo sambil mengusap perut sang istri yang mulai membesar.

"Bukan kok. Aku punya sesuatu untuk mas, " jawab Mira memberikan album foto.

"Album foto apa ini? " tanya Theo bingung.

"Mas lihat aja dulu, " jawab Mira tersenyum.

Theo yang penasaran membuka isi album tersebut. Dirinya terkejut dan terharu melihat foto-foto di dalamnya. Foto-foto tersebut merupakan foto Marcell lahir sampai Marcell saat berumur 4 tahun saat di bandung. Dirinya merasa bersalah karena saat itu tidak bersama Mira apalagi saat melahirkan. Tanpa dia sadari, air matanya perlahan keluar dari kedua matanya. Mira yang melihat hal itu langsung menghapusnya.

"Mas, mas jangan menangis. Aku tahu mas merasa bersalah pada saat itu mas tidak berada disisiku saat melahirkan Marcell, " kata Mira yang sebenarnya dirinya juga ingin menangis.

"Maafkan aku. Aku benar-benar bodoh, " kata Theo menangis.

"Sudah mas jangan menangis. Sebenarnya aku ingin menunjukkan foto album itu saat kita bertemu. Tapi, lagi lagi aku butuh waktu menyiapkannya, " kata Mira tersenyum.

"Tidak apa apa. Aku tahu kok bagaimana perasaanmu waktu itu. Terima kasih kamu sudah menunjukkan foto-foto ini kepadaku, " kata Theo.

"Sama sama mas, " kata Mira.

"Ayah! Bunda! Aku pulang! " teriak Marcell yang baru pulang dari sekolah.

"Hei jagoan ayah. Bagaimana sekolahnya? Seru? " tanya Theo.

"Seru kok yah. Marcell mempelajari banyak hal, " jawab Marcell.

"Oh benarkah? Anak pintar. Setelah ini, kamu mandi lalu makan ya, " kata Mira.

"Baik bunda, " kata Marcell.

Sebelum Marcell pergi, dia menghampiri sang ibu dan mengelus perut ibunya.

"Kakak sayang adek. Adek sehat terus ya, " kata Marcell.

Setelah itu, Marcell langsung pergi ke kamarnya. Mira dan Theo yang melihat apa yang dilakukan Marcell hanya tersenyum.

"Aku harap dia jadi kakak yang baik seperti dirimu yang selalu ada untuk Marco, " kata Theo.

"Ya walaupun dia sudah dewasa, aku tetap menganggap dia sebagai adik kecilku, " kata Mira.

Theo membaringkan badannya dan meletakkannya kepalanya di paha sang istri. Mira tersenyum sambil memainkan rambut sang suami.
-
-
-
-
-
-
-
-
Maaf jika ceritanya kurang nyambung atau tidak jelas dan juga telat up
TBC

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang