Chapter 19

9.6K 293 5
                                    

Sejak hari itu, setiap hari minggu Theo selalu mengajak Marcell dan Mira jalan-jalan baik keliling taman, ke mall, dan berbagai tempat hiburan lainnya. Mira melakukan ini untuk anaknya walaupun anaknya tidak tahu bahwa pria yang selalu bersama mereka adalah ayah kandungnya. Dia juga pernah memiliki niatan untuk menolak bunga mawar putih setiap kali Theo bertemu mereka. Namun, dia mengurungkan niatnya itu setelah dia tahu bahwa bunga itu dari ibunda Theo.
Dan jangan lupa dia tetap memanggil Theo dengan sebutan pak bukan mas. Theo sendiri makluminya karena dirinya tahu wanita yang bersamanya ini masih kecewa.

Di taman kota, Marcell sedang bermain dengan pamannya, Marco dengan girangnya. Mira dan Theo lebih memilih duduk di bangku taman sambil mengawasi mereka. Setelah keheningan yang sangat lama, Theo pun membuka suara.

"Mira, " panggil Theo.

"Iya ada apa? " tanya Mira.

"Sebenarnya apa kamu masih mencintaiku? " tanya Theo.

"Soal itu,..... " kata Mira terbata-bata.

Jujur di lubuk hatinya, dia masih mencintai pria yang berada di sampingnya saat ini. Namun, ada keraguan di hatinya. Keraguan bukan karena dirinya tidak percaya bahwa pria tersebut mencintainya dengan tulus melainkan bagaimana reaksi orang tuanya jika dia akan menikah dengan wanita yang sudah memiliki anak. Walaupun anak yang bersamanya sekarang adalah darah daging pria tersebut, bisa saja dirinya dituduh bahwa anaknya dari pria lain.

"Mira, apa kamu masih ragu dengan aku? " tanya Theo.

"Aku bukannya ragu dengan cintamu. Aku ragu dengan orang tuamu. Aku takut mereka tidak ingin menerima diriku apalagi Marcell, " jawab Mira sambil menatap Theo.

"Kamu tenang saja. Aku berusaha menyakinkan mereka. Bila perlu aku beritahu mereka perlakuan bejatku kepadamu di masa lalu agar mereka percaya, " kata Theo sambil memegang kedua tangan Mira.

Mira menatap kedua bola mata Theo untuk mencari keseriusan dan ketulusan disana. Dia mendapatkan keduanya di dalam matanya.

"Apa kamu sudah selesai menatap mataku? Atau kamu terkagum dengan wajah tampanku ini? " goda Theo.

"Apa sih? Tidak usah goda aku. Dasar buaya, " kata Mira kesal.

"Jangan salah buaya ini banyak yang mau, " kata Theo.

"Ya sudah cari sana wanita yang lebih cantik dan lebih sempurna daripada diriku, " kata Mira.

"Untuk apa cari wanita lain jika wanita dihadapanku sudah paket lengkap, " kata Theo tersenyum.

"Iiihhhh, kamu bikin aku kesal aja, " kata Mira sambil memukul Theo menggunakan tas yang dia bawa.

"Eh iya iya ampun. Sakit Mir, " keluh Theo.

"Bunda, bunda kenapa pukul ayah? " tanya Marcell tiba-tiba muncul.

"Ayah? Sejak kapan kamu panggil Paman Theo dengan sebutan ayah? " tanya Mira.

"Marcell iri. Anak yang lain memiliki ayah, sedangkan Marcell tidak ada, " jawab Marcell sedih.

Mendengar perkataan sang anak membuat Mira merasa bersalah karena selama ini dia tidak memberitahu keberadaan ayahnya. Dia mendekati Marcell dan mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan tubuh sang anak.

"Marcell, kamu ingin tahu siapa ayahmu? " tanya Mira tersenyum.

"Tentu saja Marcell ingin tahu, " jawab Marcell semangat.

"Ayah kamu adalah Paman Theo yang selama ini bermain bersama kamu, " kata Mira sembari menatap Theo yang masih duduk di bangku taman.

"Jadi, Paman Theo adalah ayah Marcell? " tanya Marcell.

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang