Mira berada di kamar yang sudah di sediakan oleh Chalista dan dirinya sedang menidurkan anaknya yang baru selesai bermain dengan pamannya dan tantenya.
"Mira, apa aku boleh masuk? " tanya seseorang dari luar kamarnya.
"Boleh kok, " jawab Mira dari dalam kamar.
Seorang wanita yang seumuran dengan Mira masuk ke dalam kamarnya dan duduk di pinggiran tempat tidur.
"Wah, anakmu langsung cepat tidur ya, " kata wanita tersebut.
"Tentulah Cat. Kan kamu dan Marco ajak dia main sampai dia lelah kali, " kata Mira.
"Iya juga. Pas tidur dia imut juga ya, " kata Catherine.
"Oh iya untuk apa kamu kesini? " tanya Mira.
"Hmmm Mira, apa Marco sudah tahu siapa ayahnya Marcell? " tanya Catherine ragu.
"Untuk saat ini dia tidak tahu. Mungkin rahasia ini akan terbongkar saat dia diterima bekerja di Perusahaan Wallcott, " jawab Mira.
"Apa?! Marco akan bekerja disana?! Ini tidak bisa terjadi! Bagaimana kalau Marco tahu bahwa Pak Theo yang menye....., ". Mira langsung menutup mulut Catherine dengan tangannya.
"Kamu bisa tidak bicaranya pelan sedikit?! Anakku sedang tidur, " kata Mira pelan sekaligus kesal.
"Iya maaf, tapi Mira ini masalah besar. Bagaimana rahasiamu terbongkar? " tanya Catherine.
"Biarkan Marco tahu kebenaran hal ini. Tapi, untuk...., ". Mata Mira tertuju anaknya yang tertidur.
Catherine yang paham dengan tatapan Mira memegang tangannya. Sontak membuat tatapan Mira menuju sahabatnya itu.
"Aku paham kok. Kamu masih tidak ingin Pak Theo tahu kan? Atau perlu aku bilang Mas Theo? " goda Catherine.
"Iihhh kamu ini, ". Mira kesal dengan godaannya, sedangkan Catherine sendiri ketawa melihat pipi sahabatnya merah merona.
" Kamu istirahat dulu. Marco tadi pergi ke mall bersama ibu. Mungkin sebentar lagi mereka akan pulang, " kata Catherine.
"Loh mereka ke mall untuk apa? " tanya Mira bingung.
"Astaga Mira Mimosa. Otakmu itu sudah berhenti berjalan atau bagaimana sih. Ya beli pakaian untuk adikmu lah seperti jas, kemeja, dasi, dan lain-lain, " jawab Catherine kesal.
"Apa tidak terlalu berlebihan? Entah sudah berkali kalian selalu menolong kami, " kata Mira.
"Hei, jangan berkata seperti itu. Aku dan orang tuaku sudah mengganggap kalian seperti keluarga kami sendiri. Daripada kerabatmu yang b*j*ngan itu, " kata Catherine.
"Catherine, mulutmu itu, " kata Mira kesal.
"Biarkan aku bicara kasar untuk kali ini. Sudah lama aku ingin mengeluarkan kata-kata kasar ini, " kata Catherine.
Mira hanya menghela napasnya. Sore menjelang malam, Mira pergi menuju dapur. Dia melihat ada wanita paruh baya sedang memotong beberapa jenis sayuran.
"Ibu, aku ikut bantu ya, " kata Mira berdiri disamping wanita tersebut.
"Eh, tidak usah nak. Biar ibu sendiri yang lakukan ini semua, " kata Chalista.
"Jika kita lakukan bersama sama, akan cepat selesai masakannya, " kata Mira sambil mencuci tangannya.
"Baiklah. Kamu potong bawang merah itu 5 siung, " kata Chalista tersenyum.
Mira ikut tersenyum dan langsung memotong bawang merah. Mereka terlihat akrab satu sama lain. Seperti seorang ibu dan anaknya. Setelah masakan mereka sudah siap, mereka membawanya ke ruang makan dan meletakkannya di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan CEOku adalah Cinta Pertamaku
AcakApa jadinya seorang karyawan biasa jatuh cinta terhadap sang CEO? Itulah yang dialami seorang gadis cantik bernama Mira kepada Theo sang CEO. Tapi, Theo menolak cinta Mira bukan karena dia tidak menyukainya melainkan dia sudah bertunangan dengan kek...