Chapter 3

11.7K 452 2
                                    

Hanya ada keheningan diantara mereka sampai seorang pelayan menghampiri mereka. Pelayan itu khusus untuk bos. Berbeda dengan para karyawan yang harus mengantri untuk mendapatkan makanan.

"Selamat siang pak. Bapak ingin pesan apa? " tanya pelayan.

"Saya pesan nasi goreng dan teh manis hangat, " jawab Theo.

"Kalau nona ingin pesan apa? " tanya pelayan kepada Mira.

"S-saya pesan roti dan air putih saja, " jawab Mira gugup.

Mendengar hal itu membuat Theo mengerutkan dahinya.

"Makanannya samakan saja dengan saya. Batalkan saja pesanannya tadi, " kata Theo.

Mata Mira terbelalak mendengar hal itu. Sebenarnya dia memiliki alasan tidak ingin makan seperti itu.

"Baik pak. Kalau begitu, saya pergi dulu, " kata pelayan.

Pelayan itu pergi meninggalkan mereka. Mira menatap Theo walaupun masih canggung.

"Pak, seharusnya bapak tidak memesan makanan itu untuk saya, " kata Mira.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka? " tanya Theo.

"Sebenarnya saya suka. Tapi saya tidak memiliki uang untuk membayar makanan itu, " jawab Mira.

"Kamu tenang saja. Hari ini saya yang traktir kamu, " kata Theo.

"Terima kasih pak. Jadi merepotkan bapak, " kata Mira.

"Berarti selama 5 tahun ini, kamu selalu makan roti dan air putih untuk makan siang? " tanya Theo.

"Iya pak. Uang saya tidak cukup untuk membeli makanan seperti itu, " jawab Mira.

"Memang gajimu selama ini kamu gunakan untuk apa? " tanya Theo.

"Gaji itu saya gunakan untuk bayar uang kontrakan dan uang sekolah adik saya. Biayanya sangat mahal. Alhasil saya harus hemat dalam keuangan, " jawab Mira.

"Apa orang tuamu tahu kondisimu? " tanya Theo.

"Tentu saja mereka tahu walaupun mereka sudah tidak berada di dunia ini, " jawab Mira tersenyum miris sekaligus sedih.

Mendengar perkataannya itu tentu membuat Theo terkejut dan tidak percaya karyawan yang sudah bekerja selama 5 tahun ini memiliki latar belakang yang begitu menyakitkan.

"Apa kerabat keluargamu tahu soal ini? " tanya Theo.

"Mereka tahu tapi tidak peduli dengan kondisi kami. Jangankan peduli. Melihat kehadiran saya dan adik saya saja sudah dipandang jijik. Ditambah lagi kami sudah tidak dianggap lagi, " jawab Mira tersenyum miris.

"Kenapa begitu? Apa orang tuamu ada melakukan kesalahan? " tanya Theo.

"Sebenarnya tidak ada kesalahan. Hanya karena ibu saya menikah dengan ayah saya yang hanya seorang buruh, mereka langsung membenci keluarga saya. Mereka selalu memandang orang berdasarkan status sosial. Berbeda dengan ibu saya yang tidak memandang hal begituan, " jawab Mira.

"Ngomong ngomong apa dari kerabat keluargamu memiliki perusahaan? " tanya Theo.

"Tentu saja ada, tapi saya tidak tahu nama perusahaannya. Memang kenapa ya? " tanya Mira penasaran.

"Rasanya saya ingin sekali memberi mereka pelajaran telah menelantarkan kamu dan adikmu begitu, " jawab Theo santai.

"J-jangan pak. Saya tidak ingin mereka menyakiti saya dan adik saya, " kata Mira ketakutan.

"Kamu tenang saja. Saya akan melindungimu dari orang orang tidak tahu diri seperti mereka, " kata Theo.

Mira hanya menganggukan kepalanya. Tak lama, sang pelayan datang sambil membawa pesanan mereka.

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang