Chapter 39

12.1K 208 5
                                    

2 tahun kemudian,.....

Seorang wanita sedang memasak di dapur untuk makan siang. Tak lama, datanglah gadis kecil yang baru belajar berjalan kearah dapur.

"Bun... Bunda," panggil gadis kecil tersebut.

Wanita tersebut menghentikan kegiatannya dan menghampiri gadis kecil tersebut yang merupakan anaknya.

"Hei putri bunda. Sudah bisa berjalan ya. Ayo kita di ruang tamu. Jangan di dapur," kata wanita tersebut dan menggendong sang putri.

Mereka pergi ke ruang tamu dan duduk diatas sofa. Wanita tersebut hanya ketawa melihat putrinya berceloteh tidak jelas. Terdengar suara klakson mobil dari halaman rumah.

"Ayo kita lihat siapa yang datang," kata wanita tersebut.

Gadis kecil itu hanya bisa bertepuk tangan yang menandakan dirinya senang. Mereka pergi ke halaman rumah dan mendapatkan dua pria yang baru saja turun dari mobil. Yang satu berbadan tinggi dan berpakaian formal. Sedangkan satunya lagi berpakaian anak sekolahan yang baru saja pulang.

"Bunda, Thalia," panggil pria kecil itu.

"Bagaimana sekolahmu Marcell?".

"Seru kok bun. Dan juga ujianku dapat nilai bagus," jawab Marcell.

"Pintar anak bunda. Tapi jangan sombong karena nilaimu bagus. Tetap rendah hati," kata wanita tersebut.

"Hai Mira sayang," kata pria yang statusnya suami dari wanita tersebut menghampirinya.

"Mas Theo, tumben kamu pulang jam segini? Memang tidak ada meeting di perusahaan?" tanya Mira.

"Tidak ada kok. Sudah beres semua," kata Theo sambil mencium kening sang istri.

"Ayah, ayah," panggil Thalia.

"Eh putri ayah. Cantik kali hari ini," kata Theo mengambil Thalia dari gendongan Mira.

"Lebih cantik dari bundanya kan?" tanya Mira.

"Tidak kok. Kalian berdua sama-sama cantik," jawab Theo.

"Bunda, aku ingin makan. Aku sudah lapar," kata Marcell.

"Kamu lapar ya? Kamu mandi dulu ya. Bunda lanjut masak dulu. Kamu juga mas," kata Mira.

Kedua pria tersebut menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam rumah. Theo meletakkan Thalia di dalam box bayi yang terdapat di ruang tamu. Mira melanjutkan masaknya di dapur. Setelah dirinya selesai masak dan menghidangkan makanan diatas meja, ada sepasang tangan memeluk pinggangnya.

"Mas, jangan ganggu aku dulu," kata Mira tanpa melihat seseorang dibelakangnya.

"Kamu tahu ya. Kupikir kamu tidak tahu," kata Theo meletakkan kepalanya di pundak sang istri.

"Yang memiliki kebiasaan memeluk aku dari belakang hanya mas. Jika itu pria lain mungkin aku langsung menghajarnya," kata Mira.

Theo hanya ketawa mendengar perkataan sang istri. Dirinya mencubit pipi sang istri sampai empunya kesal.

"Mas, jangan cubit pipiku," kata Mira.

"Habisnya kamu imut," kata Theo.

"Dasar gombal. Ingat usiamu," kata Mira.

"Walau usiaku sudah berlanjut, tapi kamu suka kan," goda Theo.

"Diamlah. Mas, panggil sana anak-anak di ruang tamu," kata Mira malu.

Theo melihat wajah merah sang istri hanya bisa ketawa dan mencium pipinya sebelum dirinya pergi ke ruang tamu. Mira hanya bisa mengelus dada dengan kelakuan sang suami. Dirinya berharap anak lelakinya nanti tidak berlakuan sama seperti ayahnya. Tak lama, datanglah sang suami dengan anak-anak. Makanannya yang dihidangkan ada ayam goreng dan buncis jagung wortel.

Mantan CEOku adalah Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang