Keesokanharinya, Mira berangkat ke kantor menggunakan angkutan umum. Dia tidak memiliki kendaraan yang bisa dia gunakan. Jangankan motor, sepeda aja dia tidak mampu membelinya.
Sesampai di kantor, dia langsung duduk di kursi kerjanya sambil menghayal.
"Andai saja aku bisa menjadi milik Pak Theo. Aku akan merawatnya dengan baik dan tidak peduli jika dia jatuh miskin, " gumam Mira.
Mira bisa dibilang bukan wanita matre. Jika dia sudah jatuh cinta terhadap satu pria, dia akan mencintainya sampai kapanpun. Disaat sedang menghayal, dia dikejutkan oleh sahabatnya.
"Dor...! " kejut Catherine.
"Astaga ya Tuhan! Catherine! Bisa tidak kamu berhenti mengejutkanku?! " tanya Mira kesal.
"Tidak akan sampai kamu berhenti menghayal, " jawab Catherine.
"Cuma menghayal pun tidak boleh, " kata Mira sambil menyiapkan dokumen.
"Menghayal boleh tapi jangan terlalu berharap. Yang ada kamu sakit hati nantinya, " kata Catherine.
"Mana mungkin. Aku yakin Pak Theo akan jatuh hati padaku, " kata Mira dengan percaya diri.
"Terserah kamu. Susah bicara denganmu. Sana siapkan dokumen untuk diserahkan nanti kepada bos, " kata Catherine.
"Baik bos, " kata Mira.
"Hei aku bukan bosmu! " kata Catherine kesal.
Mira dan Catherine mengerjakan pekerjaannya. Pekerjaan Mira kali ini sangat banyak.
"Mira, kamu tidak lupa kan untuk serahkan dokumen yang aku bilang tadi? " tanya Catherine.
"Oh iya aku lupa. Pekerjaanku banyak kali jadi lupa antar dokumennya, " jawab Mira terburu buru mengambil dokumennya.
Catherine hanya menggelengkan kepalanya. Mira langsung pergi ke ruangan bos dengan dokumen yang dia bawa. Dia masuk tanpa mengetuk pintu sama sekali dan berdiri tepat dihadapan bosnya.
"Maaf pak. Saya terlambat mengantar dokumennya, " kata Mira ketakutan.
Theo melihat kelakuan hanya tersenyum tipis dan memberinya tatapan tajam.
"Kenapa kamu terlambat mengantar dokumen itu? Bukannya saya sudah berikan kamu waktu untuk mengerjakannya? " tanya Theo dingin.
"Maaf pak. Sebenarnya dokumen ini sudah saya selesai dari jauh hari. Karena begitu banyak dokumen yang perlu saya kerjakan, jadi saya lupa mengantarkannya, " jawab Mira tanpa menatap bosnya itu.
"Jika kamu jawab pertanyaan bosmu itu, tatap bosnya. Bukan menundukkan kepala, " kata Theo tegas.
Mira perlahan lahan menatap Theo walaupun masih takut. Begitu dia menatapnya, raut wajah Theo sangat datar dan aura dinginnya muncul.
"Maaf pak. Saya janji tidak mengulanginya lagi, " kata Mira takut.
Dia takut bosnya memecatnya karena kesalahannya. Walaupun dia baru pertama kali melakukan kesalahan setelah 5 tahun bekerja, tetap aja dia takut.
"Baiklah. Lain kali jangan lakukan kesalahan yang sama, " kata Theo.
"Baik pak. Saya permisi dulu, " kata Mira.
Mira pun keluar dari ruangan Theo dan pergi menuju ke meja kerjanya. Di dalam ruangan Theo, dia tersenyum lebar melihat bagaimana Mira ketakutan disaat dia melakukan kesalahan. Apalagi selain cantik, dia juga sexy walaupun dia selalu memakai pakaian sederhana dan tertutup.
"Entah kenapa aku merasa senang melihat kelakuan Mira ya? Apa aku menyukainya? Yak! Sadar Theo! Kamu itu sudah memiliki tunangan! Tidak mungkin kamu mengkhianatinya! " kata Theo.
Tapi dipikirannya tetap terlintas wajah Mira hanya ketakutan. Dia berusaha menyingkirkan wajah wanita itu dan melihat dokumen yang dikerjakannya.
"Bagus juga dan seperti biasa. Dia tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugasnya, " kata Theo sambil memeriksa dokumen itu.
Mira kembali ke meja kerjanya dan mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda.
"Mira, bagaimana tadi? Apa kamu dimarahi oleh bos? " tanya Catherine.
"Tidak kok. Cuma dinasihati aja, " jawab Mira.
"Yakin? Tapi kenapa wajahmu begitu pucat? " tanya Catherine.
"Wajahku pucat? Kamu serius? " tanya Mira kaget.
"Iya aku serius. Nih, lihatlah dirimu di cermin, " jawab Catherine sambil memberikan cermin kepada Mira.
Mira bercermin dan terkejut melihat wajahnya begitu pucat.
"Kamu tidak lupa minum obat penambah darah lagi kan? " tanya Catherine.
"Tidak kok. Mungkin karena aku terlalu takut dimarahi oleh Pak Theo, " jawab Mira.
"Astaga. Baru kali ini seorang Mira Mimosa takut kepada Pak Theo yang dingin dan tegas, " goda Catherine.
"Bukan begitu. Bagaimana jika aku dipecat? Siapa yang bayar uang sekolah adikku? Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, " kata Mira sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Kenapa kamu tidak minta uang oleh keluarga kerabatmu saja? Kan lebih gampang? " tanya Catherine santai.
"Iya pandai kali bicaramu itu. Sudah tahu keluarga kerabatku sudah tidak menganggap aku dan adikku lagi. Nanti aku minta malah ditendang duluan, " jawab Mira.
"Kasihan kali sahabatku ini, " kata Catherine sambil mengelus kepala Mira.
"Sudah jangan elus kepalaku. Kembali ke meja kerjamu dan kerjakan pekerjaanmu itu, " kata Mira.
Catherine pun kembali ke meja kerjanya dan mengerjakan pekerjaannya. Mira hanya menghela napasnya dan berusaha menyingkirkan masalah itu dari pikirannya. Dia mengerjakan pekerjaannya sampai jam makan siang. Tapi dia lebih memilih mengerjakan pekerjaannya dibandingkan makan siang.
"Mira, ayo kita makan siang bersama, " ajak Catherine.
"Kamu sama yang lain aja dulu. Aku ingin selesaikan pekerjaanku dulu, " kata Mira masih mengerjakan pekerjaannya.
"Ya sudah. Aku pergi dulu, " kata Catherine beranjak pergi.
Mira masih mengerjakan pekerjaannya yang begitu banyak. Alasan lainnya juga dia ingin hemat uang untuk membeli makanan setelah pulang kerja. Di ruangan Theo, dia memutuskan makan siang di kantin kantor karena tunangannya ada urusan pekerjaan. Saat dia keluar dari ruangannya, dia melihat seorang wanita yang masih mengerjakan pekerjaannya.
"Bukannya itu Mira? Kenapa dia tidak makan siang dulu? " gumam Theo.
Karena penasaran, dia menghampiri Mira.
"Mira? Kenapa kamu tidak makan siang dulu? " tanya Theo.
"Oh Pak Theo. Iya saya masih ingin mengerjakan pekerjaan saya sampai selesai, " jawab Mira sambil menatap Theo.
"Kalau begitu kamu ikut saya temani saya makan siang, " kata Theo.
"Bukannya saya menolak pak. Saya takut saya dijadikan bahan gosip para karyawan disini, " kata Mira.
"Kamu tidak usah khawatir. Kamu lebih memilih mana. Temani saya makan atau saya potong gajimu? " tanya Theo tegas.
"E-eh, jangan potong gaji saya pak. I-iya saya temani bapak makan siang, " jawab Mira ketakutan.
Theo pergi menuju ke kantin kantor dan disusul oleh Mira. Di kantin, beberapa karyawan berbisik bisik seperti membicarakan Mira dan Theo kecuali Catherine. Mira hanya menundukkan kepalanya karena merasa malu berjalan bersama bosnya. Theo melihat situasi itu langsung berhenti dan melihat karyawan yang sedang berbisik.
"Saya dan Mira tidak memiliki hubungan apapun. Kami hanya sekedar makan siang bersama. Jadi berhentilah menggosip orang lain tanpa tahu kebenarannya, " kata Theo tegas.
Seketika karyawan yang berbisik tadi berhenti dan menlanjutkan makan mereka. Mira terkejut dan tidak percaya jika Theo melindunginya dari bahan gosip karyawan tadi.
"Ayo Mira, kita ke tempat duduk sana, " kata Theo.
Theo dan Mira duduk dekat jendela. Mira merasa canggung karena ini pertama kali dirinya makan siang bersama bosnya sendiri.
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan CEOku adalah Cinta Pertamaku
De TodoApa jadinya seorang karyawan biasa jatuh cinta terhadap sang CEO? Itulah yang dialami seorang gadis cantik bernama Mira kepada Theo sang CEO. Tapi, Theo menolak cinta Mira bukan karena dia tidak menyukainya melainkan dia sudah bertunangan dengan kek...