20. CARA TERSENDIRI

255 41 6
                                    

Hai balik lagi ke updatean aku!!!

Apakabar semuanya? Semoga selalu baik-baik saja.

Jangan lupa tersenyum dan besyukur okehh.

Siap untuk baca?

Harus siap ya!!!

Semangat dan selamat membaca!!!

-------

"Cara seseorang untuk menutupi rasanya itu berbeda-beda. Dan yang aku lakukan itu adalah caraku"

***

Matahari yang sudah memulai kembali tugasnya itu. Membuat sebagian orang yang memiliki kesibukan harus bangun dari tempat ternyamannya.

Di dalam rumah yang besar ini. Varro sudah keluar dari kamarnya dengan seragam sekolah yang biasa ia keluarkan, rambut yang masih tampak basah itu menunjukkan wajah segarnya, serta tak lupa gelang hitam berinisial NA itu tidak pernah lepas dari tangan kirinya.

Varro berjalan menuruni anak tangga untuk menuju lantai bawah. Terlihat dari saat ia turun, suasana rumah ini masih sepi, entah memang ia yang kepagian atau masih dengan kesibukan masing-masing.

Saat Varro membuka pintu besar utamanya itu. Terdengar suara wanita yang sangat populer di telingannya sedang memanggil namanya.

"Varro." ucap Tamara sembari berjalan mendekati anak laki-lakinya itu.

Varro memutar balik badannya saat Mamanya itu memanggil dirinya. "Kenapa Ma?"

"Kamu mau pergi sepagi ini lagi?"

"Sampai kapan kamu mau kayak gini Var? Kamu tau kan Papa kamu itu ngelakuinnya untuk diri kamu Var."

"Sarapan dulu ya, nanti baru pergi kesekolahnya." ucap Tamara khawatir karena sekarang mereka jadi sangat jarang bertemu. Selain ia juga memang sibuk. Varro juga sering sedikit pulang malam dan berangkat pagi.

"Varro sarapan disekolah aja Ma nanti." ujar Varro tanpa mengubris persoalan lain yang dituturkan oleh Mamanya tadi.

"Tapi Varrro-" ucapan Tamara terpotong saat mendengar suara anak perempuannya itu memanggil abangnya.

"ABANGGGG." panggil Adis. Cewek ini juga sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Udah mau pergi ya? Kenapa gak barengan Adis aja keluarnya?" ujar Adis yang sudah mengerucutkan bibirnya itu.

Varro mengelus pelan pucuk kepala adik perempuannya ini. "Kenapa emangnya?"

"Abang udah jarang ketemu sama Adis. Abang gak kangen apa sama Adis?" Adis memang sangat manja dengan Abangnya ini. Bahkan ia tak segan-segan menunjukkan ekspresi gemas nan manjanya itu.

"Mau peluk?"

"Mauuuu." ujar Adis dengan sangat antusias.

"Sini." Varro merentangkan tangannya. Agar adik perempuannya ini bisa memeluknya dengan leluasa. Pelukan itu disambut meriah oleh Adis lalu dibalas oleh Varro.

Tamara hanya bisa melihat kasih sayang antara kedua anaknya ini. Sungguh sangat senang melihatnya.

"Abang kenapa sih perginya pagi banget?" ujar Adis yang masih senantiasa dengan posisi memeluk abangnya ini.

"Suka aja. Udara pagi itu bagus. Jadi abang mau menghirup udaranya tanpa polusi."

Adis melepaskan pelukan itu, lalu berganti menatap abangnya ini. "Yakin?"

"Iya Adis."

"Udah ya abang mau pergi dulu." Varro kembali menepuk pelan kepala adiknya itu.

"Ma berangkat ya." ujar Varro sembari menyalami punggung tangan Mamanya ini.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang