45. DAUN HILANG DAN LUKA

210 19 1
                                    

Hai balik lagi ke updatean aku!!!

Apakabar semuanya?

Semoga selalu baik-baik kalian.

Navarro dan Kisahnya selalu menunggu kalian.

Jadi ayo ramaikan sampai usai,  oke?

Makasih 9k nya❤

Selamat membaca!!!

———————

"Sakit hati adalah sakit yang tak kasat mata, tapi perihnya mengalahkan yang berbentuk."


***

Sebuah tempat yang selalu menjadi pilihan untuk menyendiri. Pohon rindang dengan kursi yang memang diletakkan disana, angin sejuk yang selalu ada. Kicauan burung yang kadang terdengar, tempat yang paling tenang disekolah ini.

Salah satu pendatangnya sedang duduk dikursi yang telah disediakan, mencari ketenangan disaat hatinya kembali hancur tanpa berbentuk lagi. Tarikan napasnya untuk mengontrol terdengar jelas.

Tujuannya untuk menyusul pada tempat pengisian energi menjadi tertunda karena kejadian yang menyayat perasaannya. Menghela napas dengan perlahan, hingga dirinya benar-benar bisa tenang. Rambutnya yang terkuncir kadang-kadang menyipak wajahnya saat angin berlalu tanpa izin.

Membuka matanya setelah sedikit merasa baikan, namun nyatanya tak sampai satu menit. Hantaman besar itu kembali menyakitinya, dengungan suara itu terdengar kembali. Napasnya sesak, sungguh sesak.

Hatinya terasa perih, seolah benda tajam menusuknya secara perlahan. Rasanya seperti menahan menangis tanpa suara, dikala keadaan sedang ramai. Bertahan meneguhkan walaupun sudah terlalu rapuh untuk dikuatkan.

Taman belakang menjadi pilihannya.

Perasaannya sangat kacau, merutuki dirinya sendiri yang terlalu lemah. Disaat seperti ini, dimana dirinya yang selalu kuat? Dimana dirinya yang selalu ceria dan positif? Semuanya nampak hilang dalam sekejap, menggantikannya dengan sebuah dentuman hebat menyakitkan.

"Manusia yang paling bodoh adalah gue."

"Bodoh, sebodoh-bodohnya." Ia memegangi kepalanya dan mengusap kasar.

Zahra memejamkan matanya kembali, masih berusaha untuk tidak memecahkan kumpulan air untuk menjadi butiran. Tapi matanya sudah merah, sedikit lagi akan benar-benar runtuh.

"Gimana bisa, gue gak benci lo sama sekali, Var."

Setetes air mata itu akhirnya jatuh, hatinya sungguh sakit. Apakah ini yang namanya rasa sakit hati? Jika memang benar, Zahra tak ingin mengalaminya lagi, karena ini sungguh benar-benar sakit.

"Tuhan..."

Lirihan pelan itu terucap hingga bergetar.

"Sakit..."

Zahra memegangi dadanya yang terasa sesak, seluruhnya menjadi terasa sakit. Benar-benar tidak menemukan penghujung ketenangan. Isakan itu akhirnya pecah, Zahra benar-benar mengeluarkan kesedihannya.

Menangis sejadi-jadinya tanpa siapapun disampingnya.

"Lo jahat, Var."

Menutupi wajahnya dengan sesegukkan yang menjadi-jadi. Air matanya sangat deras mengalir, sungguh sakit. Ia benar-benar butuh obat pereda, tapi apa?

Berada di balik dinding, melihat semuanya dengan jelas, mendengar seluruhnya, mengalami rasa yang sama. Ia selalu tahu bahwa perempuan itu akan kemari jika sedang merasa sedih.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang