29. FAKTA HATI

284 36 10
                                    

HAI-HAI MOCA!!!

BALIK LAGI KE UPDATEAN AKU!

GIMANA PUASANYA KEMARIN-KEMARIN DAN HARI INI? SEMOGA LANCAR SELALU.

KOMEN DISETIAP BAGIANNYA DONG!

TETAP SEMANGAT DAN SELAMAT MEMBACA!!

———————

Seorang cowok yang tengah mengendarai motornya itu, tak henti-hentinya tersenyum. Angin malam menerpa membuat semuanya terasa sejuk. Bahkan hatinya terasa tenang, nyaman, dan segar.

"Bisa gila gue gara-gara lo Za," ucapnya sembari harus fokus pada jalanan. Kini ia sedang menuju Warpos karena mendapat pesan semuanya sudah beres dan sekolah pun sudah ditutup.

Benar saja ketika dirinya sampai, banyak anak Adrales yang merebahkan diri mereka. Acara kali ini sukses besar walaupun hanya mereka yang tertimpa masalah sedikit tadi pagi. Varro melepaskan helm-nya dan turun dari motor untuk menghampiri teman-temannya itu.

"Bu Idah, ini kompornya Ifan balikkin. Masih lengkap, bahkan gantengnya Ifan udah nempel di kompor," ucap Ifan membuat Bu Idah menerimanya dengan tertawa pelan.

"Ada-ada aja kamu ini Fan."

Varro mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya. "Ini Bu, buat sewa kompornya tadi," kata Varro dengan memberi uang tersebut kepada Bu Idah.

Bu Idah menggeleng. "Gak usah bayar. Ibu ikhlas minjeminnya," ujar Bu Idah, toh semuanya aman-aman saja.

Tetap saja itu semua tidak adil, niat mereka adalah meminjam dengan membayar nantinya. Yang dipinjam pun bukan barang kecil. "Yaudah kalo gitu Bu," kata Varro.

"SEMUANYA!"

"PESEN SEBANYAK-BANYAKNYA YANG KALIAN MAU, BEBAS BELI APA AJA!" ucap Varro membuat anggotanya terlonjak berdiri dan dengan sigap langsung ingin pergi ke warung Bu Idah.

"GUE YANG BAYAR. MAKASIH BUAT KERJA KERASNYA HARI INI," kata Varro membuat mereka mengucapkan terima kasih. Bahkan sudah berbaris memesan makanan pada Bu Idah.

Sedangkan Bu Idah tersenyum. "Ada-ada aja akalnya."

"Ketua dengan kedermawanannya," ucap Ifan yang pastinya ia paling bahagia disini jika mendengar kata gratisan.

"Makasih bro," ujar Bakti dengan menepuk pundak Varro.

Semuanya memesan sesuai kemauan seperti apa yang dikatakan ketua mereka tadi, sepuasnya.

Seperti biasa Ifan dengan porsi banyaknya. "Makan bwang," tawarnya hingga meja ini penuh akibat makanan mereka.

"Kemana aja lo Var? Lama bener nganter Fina," tanya Esan, jiwa julidnya sedang kambuh jika menyangkut perempuan satu itu.

"Nganter Zahra," ujarnya membuat teman-temannya tersedak dan cepat-cepat mengambil minum.

"Uhuk-uhuk."

"Yang bener lo?" tanya Bakti bahkan rasa makanan masih menyangkut ditenggorokkannya.

Varro mengangguk.

"Selesain apa yang lo bilang di taman tadi Var. Kalo lo su— apa?" tanya Patra, walaupun ia sudah tau kelanjutanya itu apa. Hanya dengan tebakan pasti itu benar.

"Apaan woi? Napa gue kagak tau, desir berita heboh begini," ujar Ifan yang mulai heboh dengan sendirinya. Entahlah, cowok ini apa-apa pasti selalu heboh.

Varro menatap Patra, namun Patra menatapnya balik seolah tatapannya seperti menyuruh Varro mengakui. "Kalo lo gentle lanjutin." ucapnya.

Dengan wajah tanpa maksud itu, Varro menghela napas. "Gue mau bilang, gue suka sama Zahra," ujar Varro tanpa embel-embel apapun. Temannya yang menjadi saksi setiap tingkah laku dan kebohongan Varro.  Kini mereka mengalami kesedakkan untuk kedua kalinya. Bahkan Esan yang sedang minum tadi terbatuk-batuk. Dan Bakti yang sedang menguyah makanan itu buyar mengenai wajah Ifan.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang