47. ASING

232 25 2
                                    

Hai, balik lagi ke updatean aku!

Apakabar MOCA?

Pendukungnya Adrales yaitu Adsky, mana komennya?

Selamat membaca!

———————

"Saat menjadi asing, sebenarnya bukan itu yang di mau. Tapi maunya, bagaimana baiknya Tuhan agar mempersatukan kembali."

***

Sudah lebih dari satu minggu hubungan tersebut usai. Mereka menjalani hidup masing-masing kembali, walaupun terkadang masih membawa luka saat Tuhan menyuruh mereka untuk bertemu. Tapi tetap mencoba menerima apa yang diberi demi makna yang akan datang sendiri.

Perempuan dengan kuncir kudanya yang sudah menjadi gayanya sehari-hari, baru saja pergi melangkahkan kakinya dari toilet. Benar-benar butuh air segar agar tidak merasa pusing dan mengantuk karena baru saja melakukan sesi ulangan Bahasa Inggris.

Pandang matanya menatap lurus kedepan. Netranya yang fokus dan serius mendapati bagian ujung sana dengan beberapa langkah lagi akan berpapasan, langkah besar dan cepat milik seorang laki-laki bergelang hitam NA.

Tidak menunduk ataupun mencuri lirikan, kepalanya tetap tegap kedepan. Wajahnya dipasang seperti biasa saja, seperti tidak melihat siapa-siapa, padahal di lain sisinya hati itu rindu tapi terluka. Bisa hitung tinggal sekitar sepuluh langkah lagi akan semakin dekat.

Tiga...

Dua...

Satu...

Lewat.

Walaupun tidak ingin melirik tapi bayangan dari matanya bisa melihat bahwa laki-laki itu sama sekali tak menoleh pada dirinya lagi, wajahnya sekilas terlihat datar seperti hal pertama kalinya. Bahkan tubuh tegapnya berjalan saja tanpa berhenti lebih dulu seperti apa yang biasa laki-laki itu lakukan.

Langkah kakinya melambat, menyadari perubahan seperti dahulu, saat laki-laki itu mendiaminya dan menghindarinya. Zahra merasa dibawa untuk mengenang masa lalu, sama persis kejadiannya seperti yang baru saja terjadi.

Masih mencoba berpikir positif atau karena ucapannya pada hari itu, saat ia mengatakan jangan dekat-dekat dengan dirinya. Sebenarnya sejak hari itu walaupun satu sekolah, Zahra tidak bertemu dengan Varro sama sekali dan hari ini ketika bertemu semuanya sudah berbeda.

"Hei?"

Zahra terkejut sekaligus celingak-celinguk, terlalu fokus dengan pikirannya sendiri membuatnya menjadi lupa bahwa sekarang Ia masih berada di jangkauan luar. Matanya menatap mata seseorang yang menyapa dirinya tapi bagi Zahra itu mengageti.

"Ngelamunin apa lo, Za?" laki-laki yang berperangaian lembut. Jerry lah yang memanggilnya.

"Gak ada." ucap Zahra dengan cepat, untung saja ia tidak menjawab spontanitas kebenarannya.

"Mikirin gue, ya?" sedikit cerah senyum terlihat, menampakkan betapa manisnya laki-laki ini tersenyum.

Pikiran Zahra sudah pulih kembali, ditambah perkataan Jerry yang seperti itu. "Enggaklah, ngaco lo."

Jerry menunjukkan sedikit wajah kecewa, namun walau begitu masih mampu tidak terlihat rasanya. "Sakit hati gue dengernya."

"Bawa ke rumah sakit biar di obatin." ucap Zahra dengan sekena dan seterlintasannya saja.

"Lo mau gak jadi obatnya?"

Jerry menautkan kedua alisnya yang sama-sama masih belum bersatu. Menunggu jawaban atas pertanyaan tanpa spontanitasnya. Wajah Zahra menjadi sedikit diam dan canggung. Tapi detik kemudian dirinya tertawa untuk memecah kesunyian mereka berdua.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang