31. MEYAKINKAN KETULUSAN

259 40 13
                                    

HAI MOCA!!!

BALIK LAGI KEUPDATEAN AKU!

ENGGAK AKU GANTUNG LAMA-LAMA KAN?

CUACA HARI INI SUNGGUH MEMAKSA TUBUH UNTUK BERKERINGAT. PASTIKAN CARI TEMPAT YANG SEJUK!

UNTUK YANG BELUM BACA KISAH BAB 29 DAN 30, SILAHKAN DIBACA DULU!

SEKALIAN JUGA KISAH BAB YANG LAINNYA.

SELAMAT MEMBACA!!!

———————

"Mencintaimu dengan sungguh. Hingga sungguh itu melebihi masanya."

***


Varro menarik dan menggengam salah satu telapak tangan Zahra. Lalu satu tangannya menunjuk dirinya sendiri. "Aku suka kamu, Za."

"Zahra mau jadi pacar Varro?" ungkapnya.

Setelah mengatakan itu Zahra terdiam seribu bahasa, namun tersadar karena tak ingin terlihat lebih aneh.

"Lo sakit?"

"Lo demam?" Dua pertanyaan yang langsung terlintas dalam pikirannya. Waspada jika ini semua adalah candaan.

"Engga." ucap Varro, bahkan wajahnya sudah terlihat santai kembali.

"Lo gak kesambet kan?" ucap Zahra kembali memastikan. Walaupun dalam dirinya ia juga merasa sangat senang mendengar utaraan dari Varro itu.

"Lo lagi bercanda ya?" tanyanya untuk sepersekian kalinya ia memastikan.

"Kalo gue bercanda kenapa emang?" ujar Varro membuat raut wajah Zahra langsung berubah. Cewek ini mudah sekali mengekpresikan keadaan hatinya. "Ya—ya gak kenapa-napa sih." Ada rasa kecewa tersendiri darinya.

"Kalo gue serius?" ucap Varro kembali. Membuat Zahra langsung berantusias mungkin. "Ya bagus!"

"Eh maksudnya bukan gitu."

Varro tertawa lepas, melihat reaksi jujur dari cewek ini.

"Aduh nih mulut kenapa sih!" Zahra membekap mulutnya sendiri, bagaimana bisa ia lepas ucapan seperti itu.

"Lo mau kan?" Raut wajah Varro terlihat kembali serius. Menunggu jawaban atas ungkapan rasa yang selama ini, tidak ia sadari itu sudah terpendam.

Dalam diri Zahra, tak ada pikiran jika cowok ini akan mencintainya balik. Karena menurutnya, mencintainya saja sudah lebih dari cukup. Zahra juga cukup sadar diri dari tingkat segi manapun. Dan tak pernah berekspektasi pula bahwa cowok ini akan mengutarakan perasaan juga.

"Boleh minta waktu?" ucap Zahra, sebenarnya ia merasa ragu untuk mengungkapkannya, takut cowok ini akan sangat kecewa. Namun dirinya perlu menimang lebih banyak hal.

Dengan cepat Varro mengangguk tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun. "Boleh. Asal jangan lama-lama. Nanti masanya habis." ujarnya.

"Selagi lo belum ngasih jawabannya. Gue bakal berusaha buat ngeyakinin lo, agar gak pernah ragu sama kesungguhan gue." Tanpa melepaskan genggaman tangannya. Satu tangannya lagi menyisiri helaian rambut Zahra yang menutupi pipi halusnya. Serta membenarkan kupluknya yang terlihat miring.

"Gue ingin memberi cinta dari segala cinta gue buat lo, Za." terangnya kembali.

"Gue tau, lo pasti kaget dengan hebatnya kan? Sama kek gue yang juga sadar kalo gue udah lama mendam rasa suka gue sama lo."

"Gue emang gak pinter mengekspresikan kalo gue suka. Kalo gue cinta. Tapi gue lagi berusaha mencobanya." ujar Varro.

Varro mencubit pelan pipi Zahra. "Jangan terlalu dibebanin otaknya. Pikirin sesuai porsi dan prioritasnya. Gue gak menutut lo untuk nerima."

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang