17. SULIT MENYIMPAN RASA SENDIRI

336 44 1
                                    

Hai balik lagi ke updatean aku!!!

Harap komen ya, aku tunggu sampai updatean aku selanjutnya.

Jangan lupa vote, share dan komen juga yang pastinya.

Selamat membaca dengan hati yang damai.

———————

"Waktu sedang tidak berpihak untuk melepaskan rasa ini"

***

Pagi ini Zahra terlambat ke sekolah karena urusan rumah tadi menjadi tanggung jawabnya. Sebab Mamanya sedang tidak enak badan tapi tetap memilih untuk bekerja.

Bel sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu dan Zahra baru sampai disekolahnya. Dengan cepat-cepat cewek ini memarkirkan motornya dan melepas helm lalu menaruhnya asal. Dengan keadaan rambut yang sudah sedikit acak-acakan itu. Zahra langsung berlari untuk masuk ke barisan siswa yang sudah lebih dulu terlambat.

"Ini kenapa bajunya gak kamu masukin!" Bu Ilis yang sedang menyeleksi murid yang terlambat hari ini.

"Itu rambut kamu udah merah-merah. Ubanan kamu? Pokoknya besok sudah berwarna gelap lagi!"

Bu Ilis berjalan dan berhenti satu-satu untuk melihat kelakukan murid nakal yang sering terlambat. Sudah terlambat. Melanggar aturan sekolah pula. "Ini juga! Nyablon bibir kamu? Hapus lipstik kamu," ucap Bu Ilis pada salah satu siswi yang bibirnya merah pekat.

"Varro kenapa kamu terlambat?"

Semua orang yang ada disini ikut menoleh kebelakang saat tau murid pintar dan ketua geng disekolahnya ini terlambat. Termasuk Zahra. Cewek ini juga menoleh dan lebih terkejutnya lagi karena Varro berdiri tepat dibelakangnya.

Wajah terkejut dari Zahra itu hanya dilihat Varro dengan tatapan biasa saja. Seolah bertanya-tanya. Memangnya Varro hantu? Kenapa harus seterkejut itu?

Tapi tidak dengan Zahra, dia merasa detak jantungnya berpacu lebih cepat. Sejak kejadian Zahra dibawa ke Gedung Lapuk itu. Perasaannya semakin tidak terkendali yang seharusnya, harus ia lepas. Dengan berdirinya Varro dibelakangnya, membuat Zahra tidak bisa baris dengan tenang.

"Udah bagus baik-baik dan pinter kamu. Sekarang kenapa jadi banyak berubahnya kamu?"

"Rambut acak-acakan. Baju sekolah keluar-keluar. Benerin itu Varro! Jangan malu-maluin diri kamu sendiri. Itu gelang ganti jadi jam tangan. Kamu cowok kenapa pake-pake gelang segala." ujar Bu Ilis merasa heran, ada apa dengan murid pintarnya ini? Dulu dia tidak banyak ulah. Sekarang kenapa berubah menjadi tidak benar. Sungguh teka-teki bagi Bu Ilis.

"Iya Bu." Varro dengan keterlambatannya hari ini. Yang entah kenapa ia susah sekali untuk bangun tadi pagi biasanya tidak pernah begitu. Yang hasilnya membuat ia terlambat sekarang. Benar apa yang dikatakan Bu Ilis. Rambutnya tidak tertata rapi, bajunya yang keluar sebelah serta gelang hitam dengan huruf NA itu selalu melekat padanya tapi Varro menyukainya. Dulu saat dia masih kelas sepuluh dan sering ikut lomba lalu dikenal dengan murid otak hisap karena semua mata pelajaran hampir ia bisa. Entah menghisap ilmu dari mana dia. Tapi sekarang yang awalnya dimulai dari kelas sebelas saat dirinya dipacu-pacu temannya untuk menjadi next generation dari ketua Adrales. Perlahan-lahan sifat dan sikapnya juga ikut berubah. Tapi Varro lebih suka dan senang dia yang sekarang. Merasa lebih bebas dan terbuka.

"Kamu juga Zahra kenapa terlambat?" sekarang tatapan Bu Ilis berpindah ke Zahra. Yang ditatap hanya kikuk dengan senyum canggung.

"Itu Bu. Saya telat bangun tadi."

"Kebiasaan kalian ini. Dikit-dikit ditanya pasti alasannya telat bangun, telat bangun dan telat bangun."

"Ibu heran. Kalian tidur apa mati bisa telat terus." Bu Ilis memijit pelan keningnya. Setiap hari ada saja yang telat. Satu hari tanpa ada yang telat itu seperti harapan matahari yang berubah jadi bulan. Tidak akan mungkin!

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang