43. KECEWA HATI

287 20 3
                                    

Hai balik lagi dengan updatean aku!

Apa kabar kalian semua?

Aku harap tetap pada masa baik.

Semangat kalian!

Selamat membaca.

-------

"Menahan itu sulit, saat hati sedang benar-benar hancur."

***

Pesta perayaan ulang tahun dan penambahan acara pertunangan ini semakin menghebohkan, tapi bagi seseorang yang hatinya telah terbelah cukup menyayat kembali melihat orang-orang dengan antusiasnya merayakan.

Air mata itu sedari tadi terbendung, tidak deras mengalirnya karena tahu dua temannya masih berada disisinya. Ia tidak ingin terlalu menunjukkan sisi lemah hanya karena masalah hatinya.

Keenam laki-laki tadi hanya memperhatikan Zahra dari jauh, belum ingin mendekat karena diperintahkan oleh Manda dan Maudy untuk tidak dekat-dekat lebih dulu atau berisik seperti mulut Ifan.

Perempuan yang mengenakan dress dahayu hitam sedang menahan amarahnya. Melihat temannya yang sedikit-sedikit menitikkan air mata karena terlalu ditahan membuatnya geram. Namun untuk sekarang ia belum bisa membalasnya.

"Za, kita minta kejelasan dulu, ya?" tanya Maudy dengan pelan sembari merangkul pundak Zahra.

Zahra menggeleng, ia mengusap air matanya yang terus berjatuhan dengan sendirinya. "Gak perlu Dy, gue udah gapapa kok."

Manda mengheran, bagaimana bisa sahabatnya ini mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. "Gapapa gimananya, air mata lo dari tadi jatuh terus."

Maudy memberi kode dengan mengedipkan mata.

"Gue tahu tapi..."

Napasnya sesak, Zahra menggerangi dadanya.

"Sakit, Man."

"Sakit..."

Lirihan kata itu membuat air mata runtuh dengan derasnya, Zahra menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tak ingin terlihat seberapa deras air matanya yang jatuh, tak pula terlalu keras karena ia masih sadar ini tempat yang ramai.

Manda dan Maudy memeluk Zahra, salah satu dari mereka menitikkan air mata. Tak kuasa melihat dan merasakan kondisi sahabatnya.

Yang datang untuk bersenang namun pulang dengan kepedihan.

"Za, udah, Za." Maudy menahan dirinya. "Nanti gue gak bisa nahan buat gak nonjok tuh cowok."

Zahra menegapkan kepalanya, menghapus air matanya lalu mengambil napas dengan serakah namun perlahan. Sesegukan tidak terlalu mendominasi, sedikit senyum harus ia ukir.

Zahra memutuskan untung pulang, tidak baik baginya berlama-lama disini, apalagi untuk hatinya. Air matanya akan jatuh lebih deras lagi didepan teman-temannya nanti.

Ternyata gaun cantik yang ia pakai hari ini bermakna untuk menyaksikan kepedihan hati dengan luka yang tidak akan muncul darahnya. Meyaksikan pemenang hatinya sedang menautkan cincin di jemari perempuan lain.

"Gue pulang duluan, ya."

Maudy dengan cepat untuk melangkah mengantar Zahra. "Gue anter, Za."

Zahra menggeleng. "Gak usah, kalian gak perlu anter gue."

Ia sudah merasa banyak merepotkan kedua temannya hari ini, bagaimana mereka harus berpikir cara lain untuk menenangkan dirinya, mengusap pelan pundaknya, membela untuk menghibur hatinya. Sudah banyak terlalu repot akibat kejadian ini karena dirinya yang terlalu cengeng.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang