37. KESEMPATAN JUANG

182 29 6
                                    

Hai MOCA!!!

BALIK LAGI KE UPDATEAN AKU!!!

Tadi sore aku cek matanya ada 4,77k. Dan sekarang aku liat udah 4,82k, aku bener-bener seneng banget. Diluar ekspektasi aku banget.

Makasih banyak yang udah mau baca kisah ini. Aku sangat-sangat ingin berucap terima kasih kepada kalian semua. Terima kasih banyak!

Jangan lupa SBS oke!
(Senyum, Bahagia, Semangat)

Selamat membaca semuanya!

———————

"Perjuangan itu berharga bagi orang yang sedang mengalaminya. Berusaha keras agar usaha juangnya tidak berkhianat pada manusia yang sering kali merasa lemah."

***

Waktu, ruang, dimensi semua tidak akan berhenti. Mereka tetap bekerja sesuai tugas yang telah ditentukan, mereka akan berhenti jika masa mereka telah usai. Begitu juga dengan hari, akan berjalan dan berganti sesuai tempatnya. Tiga hari bukanlah waktu yang sebentar bagi seseorang yang selalu memendam rasa rindu dan selama itu pula cewek berkuncir kuda tidak menepati ucapan seorang cowok dengan gelang hitam berinisial NA.

Selama tiga hari itulah Zahra selalu membuktikan keyakinannya terhadap Varro. Ia selalu mengirim makanan serta surat kepada cowok itu, namun tanpa bertemu cowok itu. Ia mengingkar untuk tidak bertemu terlebih dahulu, tapi nyatanya ia selalu bertemu dengan sendiri. Walaupun Varro tidak melihatnya, tapi Zahra dengan senang memperhatikannya dari jauh.

Rasa bersalah pada diri Zahra tentu saja ada, hubungan awal dengan banyak ketidaksukaan dari orang sering kali mendapat percikan-percikan yang mampu mempecah belahkan nanti. Sayangnya, Zahra tidak akan pernah membuat itu terjadi, masalah memang akan selalu ada tapi untuk berpisah itu tidak akan ada dikamusnya.

Pagi ini seperti biasa Zahra datang pagi-pagi. Dengan masih menengenakan tasnya, Zahra menyempatkan diri sebelum banyak orang semakin berdatangan untuk mampir ke kelas 12 IPA 4. Tentu saja kelas ini belum ada orang, masih sepi seperti ketika mereka meninggalkan pulang.

Zahra mengeluarkan sebuah kotak bekal berwarna biru dari dalam tasnya, ia dengan sengaja memasak nasi goreng spesial untuk Varro. Serta tak lupa surat, seperti biasanya akan ia taruh di atas kotak bekal itu. Lalu meletakkannya di bawah kolong meja agar tidak diambil murid kelas ini.

"Semoga kali ini berhasil." Zahra menyemangati dirinya dengan senyum penuh keyakinan, bahwa ia bisa meyakinkan Varro sebagaimana cowok itu pernah meyakinkan dirinya tentang rasanya yang memang sudah bertempah pada cowok itu.

Setelah selesai, Zahra memilih untuk langsung keluar sebelum ketauan. Namun ketika selangkah lagi ia bisa keluar, satu anak murid kelas ini datang yang mengejutkan Zahra karena tepat didepan pintu.

"BAKTI?!" Zahra mengelus dadanya serta menetralkan rasa keterkejutannya. Sedangkan cowok itu menaikkan satu alisnya sambil berkerut dahi. "Naruh makanan lagi?" tanya Bakti.

Zahra mengangguk, tidak mungkin Bakti tidak tau maksud kedatangan Zahra pagi-pagi dikelas ini. Selama tiga hari itulah Varro selalu mendapat sesuatu dari kolong mejanya serta surat dari Zahra sebagai tanda permohonan minta maaf. Terkadang mereka juga berpikir bahwa Varro terlalu lama mendiamkan cewek ini. "Tolong ingetin Varro, ya Bak, buat sempetin liat kolong mejanya." ucap Zahra dengan senyum tipisnya.

Asal lo tau, Za, lo terlalu baik, batin Bakti.

Zahra tidak terlalu berharap bahwa makanannya akan dimakan, cukup cowok itu mengetahui isi suratnya saja sudah cukup melegakan. "Siap laksanakan!" Bakti melakukan hormat tangan.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang