41. SEMESTA JAHAT DAN MANUSIANYA

187 13 1
                                    

Hai semuanya!!!

Apakabar? Semoga selalu baik-baik aja, oke?

Maaf karena gak ada kabar selama hampir 3 bulan ini.

Lain kali kalo aku ngilang, bakal kasih jejak hehehe

Buat kalian yang udah lupa, kalian bisa baca part sebelumnya dulu. Sekali lagi aku minta maaf ya.

Jangan pernah bosen buat baca cerita ku hehe

Selamat membaca!!

———————

"Enyahlah semesta jahat, manusia ini butuh bahagia tetap tanpa kata sementara yang mengganti fungsi menjadi perpisahan"

***

Cahaya lampu bergermelap menerangi jalanan dan suasana perumahan. Varro habis mengantarkan Zahra pulang, namun ia tidak langsung kembali ke rumah. Melainkan mampir ke tongkrongannya di Warpos, yang sekarang matahari sudah berganti tugas dengan bulan.

Varro sampai pada depan rumahnya, namun yang anehnya terdapat satu mobil yang sangat asing baginya.

Ya, itu adalah mobil kakeknya.

Setelah Varro memarkirkan motonya, ia segera masuk kedalam rumahnya. Apakah terjadi sesuatu, karena kakeknya sangat jarang datang kerumah ini.

Saat dirinya masuk, ia sudah mendapati kakek, papa dan mama-nya yang duduk di ruang keluarga. Varro berjalan mendekati mereka, ia juga menyalami kakeknya sebagai sebuah kesopanan.

Abraham Bryantara, itulah nama kakeknya.

Sedangkan, nama neneknya adalah Saliwa Puspita, yang sudah meninggal sejak 11 tahun yang lalu.

Perlu diingat bahwa kakek Varro ini emosional. Sifat tak baiknya adalah pemaksa dan pemarah seperti papa-nya dulu. Satu perusahaan akan merasa sangat ketakutan jika kakeknya datang untuk mengecek semua pekerjaan serta data-data perusahaan.

Tidak main-main jika itu bisa membangkrutkan perusahaannya. Maka siap-siap untuk melepaskan semua kaitan dengan perusahaannya. Seperti yang Tio pernah bilang bahwa kakeknya ini gila kerja.

"Tumben kesini kek?" tanya Varro sebagai basa-basi.

"Iya, saya ada keperluan," ucap Abraham yang duduk dengan kaki yang ia silangkan.

Varro mengangguk. "Varro keatas dulu kek," ujarnya, karena ia merasa sangat gerah dan cepat-cepat ingin membersihkan tubuhnya.

"Duduk sini kamu Varro." Baru saja melangkahkan kakinya, namun ucapan itu mampu membuat Varro memutar balikkan tubuhnya dan berujung duduk didepan kakeknya.

"Saya tidak suka berlama-lama, karena waktu saya sangat berharga."

"Seperti yang kamu ketahui, Varro. Saya yakin papa kamu telah memberitahumu. Fernan Darunata seorang investor besar dalam perusahaan kita. Dia akan menarik semua investasinya jika kamu tidak—"

"Varro gak mau, kek!"

"VARRO TIDAK AKAN MAU!" Emosi Varro memuncak, urat lehernya menegang. Kepalan tangannya menguat, rahangnya menegas.

Tamara memegang tangan Varro, ia memberi isyarat agar Varro tetap tenang. Sedangkan Tio nampak terlihat lelah, ia pun tidak bisa berkata. Banyak pikiran yang telah terbeban dan menumpuk pada isi kepalanya.

Navarro dan Kisahnya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang