20. Terbongkar

6.2K 692 76
                                    

Allo ges, maaf baru up ya

Padahal rencananya mau up 1/2 kali seminggu, eh malah setengah abat sekali baru up😭🤣, tapi gpp tekan, yg penting up

Seperti biasa, tandai typo ya banh

Happy reading ✨
.
.
.

Waktu sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Sedari tadi, Alzena tak henti-hentinya menoleh kearah jam. Ia sudah tak sabar ingin pergi bersama Leo.

Ia sudah meminum obat, dan istirahat yang cukup agar demamnya berkurang. Walau tubuhnya masih panas, setidaknya tidak separah tadi.

"Leo lama amat datang. Gue suntuk disini nunggunya." Dumel Alzena yang kembali fokus kelayar laptop, menonton film drama kesukaannya.

Ding dong

Senyum Alzena mengembang. Baru saja dibicarakan, suara bell menggema di ruangan apartemen itu.

"Akhirnya datang!" Girangnya. Gadis itu melangkah semangat kearah pintu.

Saat ingin membuka pintu, gerakan tangannya terhenti, tiba-tiba saja ia jadi teringat dengan kejadian tadi malam.

Dimana Arzeyn datang dan memaksanya untuk pulang.

"S-siapa?" Alzena.

Bilang saja Alzena bodoh karena bertanya seperti itu. Padahal dipintu, sudah terletak lubang untuk melihat siapa yang ada didepan.

"Gue." Sahut seseorang yang beruntungnya Alzena kenal.

Gadis itu bernafas lega saat mendengar Leo lah yang berada diluar. Dengan yakin, ia langsung membuka pintu. Dan didetik berikutnya, tubuhnya sudah membeku mendapati banyak orang didepan pintu apartemen milik Leo.

Alzena menoleh kesemua orang, hingga pandangannya jatuh kepada Arzeyn yang juga tengah menatapnya. Wajah laki-laki itu dipenuhi lebam. Dan begitu juga dengan Leo, rahang kiri laki-laki itu nampak membiru, namun tidak separah Arzeyn yang memiliki lebam hampir diseluruh wajahnya.

"Zena!" Nina langsung meraih tangan Alzena. "Syukur kamu gak papa. Aku udah khawatir sama kamu yang tiba-tiba hilang kemarin!" Ucap Nina.

Terdengar sekali kalau gadis itu benar-benar khawatir.

Bagi Nina, Alzena itu adalah sahabat pertama dan terakhirnya. Karena hanya Alzena lah yang membuatnya tahu apa itu rasanya persahabatan. Apa itu rasanya pertemanan yang sesungguhnya.

"Gue gak papa Nin." Ucap Alzena. Gadis itu langsung membalas genggaman tangan Nina.

"Zena, ayok pulang." Tiba-tiba Arzeyn bersuara, membuat semua orang refleks menoleh kearahnya, kecuali Alzena.

Namun Alzena tak merespon ucapan Arzeyn sedikit pun. Gadis itu malah mengajak Nina untuk masuk.

"Zen, aku mohon." Tiba-tiba saja, sebelah tangan Alzena sudah berada digenggaman Arzeyn.

"Lepas!" Ucap Alzena tenang tanpa menoleh kepada sang pemilik tangan.

"Maaf." Hanya kalimat itu yang bisa Arzeyn ucapan.

"Lepas Arzeyn!" Kali ini Alzena menoleh kearah Arzeyn dengan tatapan tidak suka.

Arzeyn menggeleng. "Maafin aku."

"Lo budeg?, Dia bilang lepas." Sahut Leo yang langsung memutuskan pegangan Arzeyn pada tangan Alzena. Merasa tak ada lagi yang menghentikan jalannya, Alzena langsung saja masuk ke apartemen bersama dengan Nina.

ALZENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang