25. Mommy Naya

2.1K 203 36
                                    

Krna aku dah lama g up, saran aku keknya kalian harus baca ulang chapter sebelumnya deh biar g lupa alur, terimakasih.

Happy reading ✨
.
.
.

Alzena diam beberapa saat diruangan itu. Diperhatikannya wajah Sarah dan Faldi dalam diam.

Ia harus tahu apa yg dibicarakan dokter itu dengan mertua dan suaminya.

"Eumm, Mami, Zena izin ke toilet dulu ya." Ucap Zena.

"Biar Mami temenin." Sahut Sarah.

Alzena menggeleng, "Mami jagain Daddy sama Mommy aja disini, Zena gak lama kok."

Setelah mengatakan itu, Alzena langsung berlari keluar, tanpa menghiraukan panggilan Faldi dan Sarah.

Alzena buru-buru mencari ruangan dokter itu. Namun rumah sakit ini luas, ia tak tahu harus melangkah kearah mana.

Gadis itu berhenti sejenak, mengingat-ingat sesuatu untuk mencari petunjuk.

"Rusdi." Gumam Alzena saat teringat dengan name tag yang digunakan dokter yang memeriksa Mommynya, barusan.

"Eeee permisi sus, ruangan dokter Rusdi dimana ya?" Tanya Alzena kepada perawat muda yang kebetulan lewat didekat dirinya.

"Ada disana kak, pintu putih, paling ujung sebelah kiri." Ucap suster itu sambil menunjuk kesatu arah.

Alzena mengangguk faham. Ia berterima kasih kepada perawat itu, lalu melanjutkan langkahnya.

Langkah Alzena melambat lalu terhenti didepan pintu yang ia tebak adalah ruangan milik dokter Rusdi.

"Kondisi pasien sudah sangat melemah dari bulan kemarin. Apalagi setelah kecelakaan ini." Suara Dokter Rusdi mulai terdengar saat Alzena mendekatkan telinganya kepintu.

"Sangat sulit untuk beberapa orang yang mengidap penyakit gagal ginjal, menjalani kehidupan normal. Itu sangat berisiko, bahkan bisa membawa kepada kematian."

Deg

Alzena tiba-tiba merasa sakit dibagian dadanya. Apa ini! Kenapa dokter itu membawa-bawa kata mati dalam percakapannya. Lalu apa tadi, gagal ginjal?!

"Mommy Naya gak bakal kenapa-kenapa kan, dok?" Tanya Arzeyn.

Dokter Rusdi terdiam, menghela nafas panjang, lalu menggeleng pelan. "Saya tidak tahu untuk kedepannya. Tapi kami akan mencoba yang terbaik untuk pasien."

Alzena masih mencoba beradu dengan fikirannya. Mencoba menghapus fikiran buruk yang sedari tadi menghantuinya.

Merasa ia sudah tak dapat berfikir jernih, gadis itu buru-buru membuka pintu yang kebetulan tidak dikunci itu.

Mendengar suara pintu dibuka, semua orang refleks menoleh kearah pintu, terlihat Alzena menatap mereka tanpa ekspresi.

"Apa yang kalian maksud 'gagal ginjal', itu?! Bukannya Mommy sakit gara-gara kecelakaan?" Tanya Alzena pelan.

Arzeyn dan Bram saling pandang, mereka sama-sama bingung harus menjelaskan apa kepada Alzena.

"Kenapa diam?" Tanya Alzena. "Jangan diam-diam aja!!" Sambung gadis itu.

Hening beberapa saat, tak ada satupun dari mereka yang ada disitu berniat membuka suara.

"Biar Arzeyn yang bicara sama Zena." Ucap Arzeyn memecah keheningan. "Mungkin ini saatnya, Zena tahu kebenarannya."

ALZENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang