22. Jebakan

5.3K 572 58
                                    

Sesuai dugaan aku sih kalo kalian bakal sedikit komplain tentang part kemarin.

Aku juga kalo jadi kalian bakal komplain, tapi karena aku udh punya alur ceritanya diotak aku, jadi aku bikin kek gitu aja.

Karena kalo Alzena pisah sama Arzeyn, kemungkinan itu bakal jadi keuntungan buat antagonisnya, dan kemungkinan itu juga bakal jadi penyesalan, buat Alzena.

Tapi tenang aja, Alzena gak bakal mudah buat maafin Arzeyn kok. Dan di chapter ini kalian bakal tau alasan Alzena gak minta cerai dari Arzeyn.

Jujur si, akhir-akhir ini aku jarang up karena emang pas nulis, mood aku anjlok bngt.
Baru buka WP, trus bacain komen kalian yg nyelekit, sedikit nusuk, wk. Tapi lebih kek ngerasa bersalah bngt g bisa bikin kalian puas.
Tapi makasih banget udah mau mengkritik dan memberikan pelajaran buat aku.

Tandai typo✔️

Happy reading ✨
.
.
.

Tok tok tok

"Zena!"

Klek

Suara pintu dibuka dari luar.

Naya masuk kekamar Alzena, berniat membangunkan putrinya itu.

"Zena, bangun sayang. Solat dulu." Ucap Naya, menepuk-nepuk pelan pipi Alzena.

Merasa ada pergerakan disekitarnya, dan suara yang memanggilnya, Alzena pun terbangun. Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka.

"Bunda." Ucapnya pelan, mengintip lewat celah matanya.

"Bangun, kita solat subuh dulu."

Alzena sedikit menggeliat dengan mata yang terpejam, kebiasaan orang saat bangun tidur.

Alzena bangkit dari tidurnya, menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Lalu melaksanakan kewajiban umat muslim.

.
.
.

Alzena turun dari mobil yang dikendarai oleh Faldi, Daddynya.

Tadi saat Alzena dan kedua orangtuanya sedang sarapan dimeja makan, Naya dan Faldi menawarkan diri untuk mengantar putrinya kesekolah, sekaligus untuk mengenang masa lalu, ucap keduanya.

"Daddy sama Mommy pergi dulu ya, sayang." ucap Naya yang memunculkan kepalanya dari jendela mobil.

Alzena mengangguk sambil tersenyum lebar. Entah mengapa suasana hatinya pagi itu begitu bagus.

"Ah iya, kalo kamu ngeliat Arzeyn atau dia nyoba buat deketin kamu, lapor ke Mommy aja," ucap Naya.

Alzena kembali mengangguk dengan senyuman yang tak luntur sedikitpun dari bibir gadis itu.

Setelah tak ada lagi yang ingin Naya bicarakan, kedua orang tua Alzena itu pergi menjauh dari area sekolahan.

Tangan Naya melambai-lambai kearah Alzena dengan kepala yang masih memuncul dari jendela mobil.

Alzena membalas lambaian tangan itu dengan semangat hingga mobil kedua orangtuanya tak terlihat lagi.

Setalah itu, ia melangkah memasuki gerbang. Namun saat ia benar-benar akan memasuki gerbang, tiba-tiba saja ia melihat sosok orang berpakaian serba hitam, muncul dari arah halte bus.

ALZENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang