CHAPTER 09

737 140 15
                                    

Satu-satunya yang berwarna pink di dalam lemari Bian

Satu-satunya yang berwarna pink di dalam lemari Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°~Happy Reading~°

Malam minggu memang sangat cocok digunakan untuk menikmati hidup sejenak sebelum kembali ke kehidupan sesungguhnya di hari senin. Kost-an Bianca begitu ramai dengan para penghuni yang sedang nongkrong di halaman kost. Halaman itu memiliki interior yang dibuat senyaman mungkin untuk para penyewa. Meskipun Pak Sugeng super cerewet, namun beliau sangat mengutamakan kenyamanan penyewanya. Apalagi biaya per kamarnya bisa terbilang murah, terkhusus untuk dompet mahasiswa. Kualitasnya pun tak kalah bagus jika dibandingkan dengan kost-an mahal lainnya. Itulah yang membuat Bianca betah ngekos di sana.

Bianca keluar dari kamarnya yang berada di 11B, kemudian kaki jenjangnya menuruni anak tangga dua per dua. Begitu menginjakkan kaki di lantai dasar, Bianca langsung disuguhkan pemandangan trio kampret sedang main karambol di gazebo dekat kolam ikan. Wajah mereka sudah cemong dengan olesan bedak pantat bayi yang diberi sedikit air sebagai hukumannya. Semakin sering kalah, semakin cemong wajah mereka.

"Rapi bener, neng! Mau kemana?" Goda Yuda, penghuni kamar 17C di lantai 3.

"Pasti mau ngapelin janda sebelah. Bener gak?" Tebak Bayu, penghuni kamar 18C di lantai 3.

"Maksud lo janda yang cerai karena suaminya milih pelakor itu?" Tanya Juna, penghuni baru kamar 10B di lantai 2 letaknya tepat di sebelah kamar Bianca.

"Betul sekali! Tumben lo pinter?" Puji Bayu membuat Juna salting.

Bianca langsung menatap pantulan dirinya di kolam ikan dari bawah hingga atas. Sandal tipis hotel kado ultah dari Jay, short pants menutupi sebagian paha, kaos oversize kucel, rambut lepek belum keramas. Ini yang dimaksud rapi di bagian mananya?

"Buta mata lo?!" Bianca sadar bahwa dirinya baru saja dikerjai.

"Eitss.. Calm down! Gausah pakek urat." Canda Yuda.

"Iya lagian canda doang. Baper amat lo." Tambah Bayu.

"Daripada ngurusin hidup orang laen, mending urusin noh muka kalian yang udah persis udang ditepungin. Tinggal digoreng aja tuh!" Kesal Bianca.

"Bodo amat. Daripada lo muka ganteng tapi gak bisa diajakin mandi bareng. BWAHAHAHA" Ejek Yuda tertawa.

"Betul tuh. Mungkin takut kalah saing, soalnya kan dia gak punya benda perkasa kayak kita. HAHAHAHA" Tambah Bayu ikut tertawa.

Yuda dan Bayu kompak mengejek Bianca, sedangkan Juna masih berusaha mencerna maksud percakapan dua kawannya. Wajah putih Bianca memerah menahan emosi.

"Yaelah.. Percuma juga punya benda perkasa, tapi mainnya cuma pake tangan. Ups.. Lupa! Kalian kan para jomblo akut. Malu dong sama gue yang gak punya benda perkasa, tapi cewek-cewek pada ngantri." Balas Bianca santai, namun jleb.

ILY, Bongsor: Dari Bian Untuk BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang