CHAPTER 28- NEW

170 29 13
                                    

Pesona pria pecinta anabul:3

Pesona pria pecinta anabul:3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°~Happy Reading

Three point.

Sebuah bola basket berhasil masuk ke ring untuk ketiga kalinya. Sore menjelang senja Tara habiskan untuk berolahraga di depan rumah. Bola berwarna orange itu jatuh, kemudian menggelinding hingga menabrak pagar.

"Nice shoot!" Puji Gavin.

Tara yang tadinya berlari kecil mengejar bola pun menghentikan langkahnya ketika melihat pria berwajah pucat itu tengah berdiri di balik pagar rendah yang memisahkan rumah mereka. Sontak Tara mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri, tidak ada siapapun membuatnya sadar bahwa yang dimaksud Gavin adalah dirinya.

"Thanks." Ucap Tara meraih bola tadi yang jatuh tepat menabrak pagar dimana Gavin berdiri di seberangnya.

Gavin menyandarkan tubuhnya di pagar, kemudian mengulurkan tangan pada Tara.

"Gavin." Ucapnya memperkenalkan diri.

Tara yang mengerti maksud Gavin pun langsung menerima uluran tangan tersebut. "Gue Tara."

"Gue dengar di hari kepindahan lo, lo sempat datang ke rumah gue." Tutur Gavin menarik kembali tangannya.

Tara juga menarik kembali tangannya. "Ya. Cuma buat nyapa doang, tapi waktu itu gue gak ketemu lo."

"Yeah, sayangnya waktu itu gue lagi gak di rumah. Sorry gue baru sempat nyapa lo sekarang." Ucap Gavin menyayangkan hari kepindahan Tara saat itu bertepatan dengan jadwal check up-nya.

"It's okay." Ujar Tara santai.

Gavin mengangguk, lalu melirik bola basket di tangan Tara. "Permainan lo bagus juga."

Sedari awal Gavin memang sudah menyaksikan permainan basket Tara, namun dikarenakan terlalu terhanyut oleh permainannya sendiri, Tara sampai tidak menyadari kehadirannya itu.

"Do you wanna join?" Tara menawarkan bola basketnya pada Gavin.

"Maunya sih gitu, but--" Jeda Gavin mengangkat sebuah tabung oksigen portable dan selang kecil masih tergulung rapih belum digunakan sebab merasa belum begitu butuh.

Tara tertegun sejenak. "Oh, maaf. I didn't mean--"

"Santai aja. Wajar lo belum tau." Potong Gavin enteng.

Suasana mendadak menjadi canggung. Tara diam tidak tahu harus mengatakan apa, dirinya menjadi sedikit merasa bersalah.

"Lo gak lanjut main?" Tanya Gavin seakan paham dengan perasaan Tara.

"Lo gimana?" Tanya Tara.

Gavin menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Lo kalo gak nyaman dengan kehadiran gue, gue bisa pergi."

ILY, Bongsor: Dari Bian Untuk BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang