CHAPTER 14

694 137 6
                                    

Bentukan gini masa disangka maling?

Bentukan gini masa disangka maling?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°~Happy Reading~°

Di pagi yang sedikit remang-remang, nampak gerobak sayur dikerumuni para ibu rumah tangga tepat di depan rumah Ambar. Mereka tengah asik memilah-milih kebutuhan dapur diselingi oleh obrolan ringan khas emak-emak. Mulai dari keluh-kesah mereka mengenai harga minyak goreng yang terus melonjak tinggi, hingga misuh-misuh karena episode sinetron favorite mereka yang menguras emosi.

"Eh.. buibu, udah pada tau belum?"

Sebuah intro klasik untuk memulai pertukaran informasi, alias ghibah keluar dari mulut seorang wanita paruh baya dengan tangan dan leher dipenuhi oleh perhiasan layaknya toko emas berjalan. Ibu-ibu menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian berpaling ke wanita yang diketahui bernama Retno itu. Retno mencondongkan tubuhnya dan diikuti oleh ibu-ibu yang lain, terkecuali Ambar.

"Semalem kompleks kita kemasukan maling!" Ujar Retno menggebu-gebu.

"Woah... yang bener, bu?!" Tanya Siti, wanita paruh baya mengenakan daster motif bunga.

"Bener, bu! Masa saya boong?" Ucap Retno yakin.

"Malingnya udah tertangkap belum, bu?" Tanya Yanti, wanita muda yang baru menikah beberapa minggu lalu.

"Katanya sih malingnya berhasil kabur pakai motor!" Ungkap Retno lagi.

"Ahh... Masa sih?! Saya yang udah bertahun-tahun tinggal di sini, gak pernah tuh denger ada warga yang kemalingan." Timpal Ambar kembali memilah-milah sayuran.

Ambar tak percaya. Pasalnya Retno terkenal dengan julukannya sebagai Ratu Rumpi kompleks. Terkadang beberapa perkataannya itu tidak sesuai dengan fakta.

"100% valid lohhh, no gossip!" Ujar Retno meyakinkan.

Ambar masih ragu. "Emang rumahnya siapa yang kemalingan?"

Kriet. Suara gesekan pagar yang hendak dibuka mengalihkan atensi Ambar dan yang lain. Mereka kompak menoleh ke arah suara.

"Baru pulang jogging, mas?" Tanya Ambar pada Tara.

Tara yang baru saja akan masuk pun menoleh ke segerombolan ibu-ibu tadi. Sangking lelahnya, ia sampai tak menyadari sudah diperhatikan oleh ibu-ibu kompleks.

"Iya, tan." Tara tersenyum tipis.

"Capek yaa? Ayo sarapan bareng di rumah tante! Kebetulan Sophia anak gadis tante lagi di rumah. Anak kedokteran UI loh!" Tawar Endang, wanita yang mengenakan hijab motif polkadot.

"Gausah repot-repot, tan. Saya udah biasa gak sarapan." Tolak Tara ramah.

"Gimana, mas? Semalam gapapa kan? Ada barang yang hilang, gak?" Tanya Retno pada Tara.

ILY, Bongsor: Dari Bian Untuk BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang