CHAPTER 31

168 29 14
                                    

Shuttt🤫 jangan berisik, ada yang lagi atit ati🤏🏻🥺

Shuttt🤫 jangan berisik, ada yang lagi atit ati🤏🏻🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°~Happy Reading~°

Dugh dugh dugh.

Paola menggedor pintu kost Bianca kencang. “Bianca, buka!” Teriak Paola dari balik pintu.

Bianca tak merespon. Ia duduk meringkuk di samping kasur, menatap kosong langit- langit kamar dalam keadaan gelap gulita. Bianca menarik napas dalam, kemudian membuangnya. Ia terus melakukan hal tersebut berulang kali, hingga tangannya secara perlahan bergerak menyentuh dadanya, dapat ia rasakan detak jantungnya berdetak dengan normal, namun entah mengapa napasnya terasa sangat amat berat.

Dugh dugh dugh.

“Bianca, gue bilang buka!” Teriak Paola lagi dengan nada memaksa.

Mata Bianca beralih menatap pintu kamarnya. “Pao, tinggalin gue sendiri, please!” Ucap Bianca lemah, namun masih dapat didengar Paola.

Hening. Teriakan Paola menghilang, bahkan suara gedoran pintu yang sedari tadi menemani kesunyiannya pun juga sudah tak terdengar lagi. Bianca tertunduk, menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangannya, ia pikir sepertinya Paola benar-benar telah pergi.

Cklek.

Sontak Bianca kembali mengangkat kepalanya. Terdengar suara kunci pintu diputar dari luar, tak lama kemudian handle pintu bergerak. Mata Bianca seketika membulat ketika melihat sosok Paola dengan santai melenggang masuk ke kamarnya.

“Gi-gimana bisa lo punya kunci kamar gue?” Bianca refleks berdiri dari duduknya.

Paola menyalakan lampu. Sontak mata Bianca terpejam akibat berlama di ruangan gelap membuat matanya kesilauan.

“Oh ini?” Tanya Paola polos.

Bianca membuka matanya perlahan. Paola menggoyangkan sebuah kunci yang mirip dengan kunci kamarnya tepat di hadapannya. Bianca hendak merebut kunci tersebut, namun sayangnya ia kalah cepat.

Eitss..” Paola langsung memasukan kunci itu ke dalam tas jinjingnya.

“Lo gandain kunci kamar gue?!” Pekik Bianca.

Paola mengangguk, sedikit berbohong. Sebenarnya yang dikatakan oleh Bianca tak sepenuhnya salah, namun yang mengadakan kunci tersebut bukanlah dirinya, melainkan mama Bianca.

Ya. Hana menggandakan kunci kamar Bianca atas dasar rasa khawatir, lalu secara diam-diam Hana meminta Paola memegang kunci serep tersebut untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada putrinya.

Bianca menganga tak percaya. “Se-sejak kapan?!” Tuntut Bianca.

Paola terdiam sejenak berpikir. “Eumm.. mungkin sejak semester satu?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ILY, Bongsor: Dari Bian Untuk BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang