CHAPTER 23

761 94 32
                                    

Aelah, bang! Padahal gak perlu jauh-jauh cari yang mani-manis. Cukup pandang wajahku saja, dijamin abang bakal diabetes.

Azzeekkk...

(Jangan gumoh darah yaa, bang)

(Jangan gumoh darah yaa, bang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°~Happy Reading~°

"Ayo, ayo baris yang rapi!" Ucap Tara sambil menepuk tangannya.

"Siap, coach!" Seru suara cempreng khas anak usia 6 tahun-an ke atas.

Tara menghela napas. Walaupun sebagian besar dari para murid langsung berlarian mengambil barisan, namun masih saja ada beberapa yang membandel. Seperti saat ini, nampak tiga bocah masih asik bercanda dan tidak mengindahkan perintah Tara.

"Gilang, Moza, Candra!" Tegur Tara dengan intonasi rendah.

Tiga bocah tadi mendongak. Tara menatap tajam ke mereka dengan kedua tangan terlipat di dada.

Seketika ketiga bocah bergidik ngeri. "Maaf, coach!"

Raut wajah Tara kembali melunak. "Ayo gabung ke barisan!"

Gilang, Moza, dan Candra kompak berlari masuk ke dalam barisan. Tara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah polos mereka.

"Nah, sekarang kita mulai latihannya. Ready?!" Seru Tara bersemangat.

"Yess, coach!" Sahut mereka tak kalah semangat.

"Kita mulai dengan pemanasan terlebih dulu. Hari ini yang memimpin-- emm..." Jeda Tara sembari menatap wajah setiap murid satu persatu, hingga matanya tertuju pada bocah di barisan paling belakang.

"Raka, ayo maju!" Panggil Tara lembut.

Para murid kompak menoleh ke belakang. Raka menggeleng tertunduk dalam sembari memainkan jemarinya. Tara menghampiri Raka, lalu berlutut menyamakan tinggi. Tubuh bocah itu gemetar takut.

"Hey, it's okay. Ada coach, kita lakukan bersama. Jadi gausah takut. Eum?" Bujuk Tara lembut.

Raka mendongak menatap manik mata Tara. Tara mengulurkan tangan pada Raka. Dengan ragu Raka menerima uluran tangan tersebut. Tara mengangguk dengan tatapan meyakinkan. Pada akhirnya jemari mungil Raka berhasil menggenggam tangan Tara.

Tara tersenyum senang. "Gerakannya masih sama seperti kemarin. Kamu ingat kan?"

Raka mengangguk kecil, kemudian Tara menuntunnya maju ke depan.

"Teman-teman, pemanasan kali ini dipimpin Raka. Tapi karena Raka masih anggota baru, jadi dimohon kerjasamanya. Oke?!" Seru Tara pada anak-anak muridnya.

"Oke, coach!" Seru sebagian dari mereka.

Sedangkan Bianca dari tadi memperhatikan interaksi Tara dengan bocah-bocah itu dari sudut ruangan. Terlihat Tara memberi pemahaman kepada muridnya agar tidak menertawakan Raka jikalau ada gerakannya yang kurang tepat. Sungguh Bianca tidak menyangka dapat menyaksikan sisi manis serta hangat Tara secara langsung. Sangat bertolak belakang dengan perangainya besar bak bodyguard.

ILY, Bongsor: Dari Bian Untuk BianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang