----
Langit biru cerah layaknya lautan. Matahari mencapai titik puncaknya tanpa dikelilingi awan gelap disekitarnya. Setidaknya hari ini adalah hari yang hangat. Orang-orang berlalu lalang di jalan, beberapa dari mereka baru saja kembali dari pekerjaannya, beberapa yang lain tengah berbelanja kebutuhan hariannya. Minggu siang yang tenang, dengan seluruh bangku taman yang kosong kecuali satu.
June menduduki salah satu bangku itu, menutup matanya sementara kulitnya mencoba menyerap sinar mentari sebanyak-banyaknya.
Ketika ia sedang tidak berlatih, terkadang ia berjalan menyusuri jalanan panjang, hanya untuk meninggalkan realita sementara dan menjernihkan kepalanya. Entah ia melakukan itu, atau dia begadang seharian menggambar apapun yang ada dalam pikirannya di malam itu. Tetapi, hari ini berbeda.
Dia berjalan-jalan sambil memegang erat buku sketsa miliknya. Ketika ia duduk, ia berharap mendapatkan inspirasi seperti yang orang-orang bilang ketika kita pergi keluar; bergandengan tangan dengan alam. Sayangnya, tidak seperti itu karena June berbeda dengan orang-orang. Dia tidak akan mendapatkan inspirasi dari hangatnya mentari atau suara tawa yang nyaring dari anak-anak yang berlarian di sekitar taman.
Dia menguras inspirasi melalui air mata dan patah hati, hujan yang lebat dan kecamuk pikiran malam. Dan sekarang, dia memilih untuk mencarinya ditempat lain, berharap apa yang dicari akan lebih menenangkan dan menyenangkan, walaupun nyatanya ekspektasi itu tidak bertemu.
"Kau terus menatapku." Katanya, menutup erat matanya dan meletakan buku sketsa di pangkuannya. Ketika ia membuka mata, dia menolehkan pandangan ke sampingnya, tepat ke seorang anak laki-laki yang tengah duduk di sampingnya. Dia memiliki rambut coklat gelap, mata yang sedikit sayu, dengan garis rahang yang terlihat lembut namun sangat tajam, bibir yang penuh dengan ujung yang sedikit turun dan tahi lalat kecil di ujung hidungnya.
"Maaf." Ucap anak laki-laki itu, senyum lembut terlukis di wajahnya. Taehyung tidak pernah menghakimi apapun yang dilakukan June, dia mengerti bahwa June butuh waktu untuk mendapatkan inspirasi, atau mungkin ia mencoba mengerti, jadi dia selalu membiarkan gadis itu berada di dunianya meskipun berarti mereka harus menghabiskan waktu berdua tanpa kata-kata.
Tapi, Taehyung pun tahu ada sesuatu yang salah dan ketika sedang sendiri June cenderung menghindari dunia sekitarnya. "Ayo pergi ke suatu tempat." Taehyung bergegas, bibirnya membentuk senyuman seraya berdiri di hadapan gadis itu, melihat tepat ke matanya.
"Personal space, Taehyung." June mengomel, mengetahui waktunya bersama alam harus berakhir, walaupun sejujurnya ia tidak keberatan.
"Kau berbeda akhir-akhir ini." Taehyung menyilangkan tangan,mengerutkan bibirnya dan memalingkan wajah dari June seakan ingin melihat ke arah langit padahal ia hanya ingin menghindari kontak mata dengan June.
June lekas berdiri. "Apa maksdumu berbeda?"
Laki-laki itu berbalik, melihat kearahnya, mengernyitkan mata seolah-olah mencoba membaca pikiran gadis itu. "Entah. Sesuatu terlihat... berbeda. Kau terlihat lebih tenang dan tidak cemas. Itu aneh."
"Kau yang aneh." June menanggapi dengan sedikit tawa kecil, berjalan perlahan ke taman dengan Taehyung yang mengikutinya perlahan.
Meletakkan tangannya di kantong jaket, Taehyung berjalan di samping gadis itu, sesekali melempar tatapan, mencoba mencari petunjuk tentang sikapnya yag belakangan ini berbeda.
"Aku tahu kau baik-baik saja di kampus tapi bukan itu alasannya. Oh, dan kau banyak menghabiskan waktumu di sanggar tari tua itu dan sejujurnya, aku tidak ingat kapan terakhir kau menari, makanya pasti ada sesuatu yang berbeda."
"Bukan apa-apa." Gadis itu mencoba tetap serius, tapi tidak bisa berhenti menyeringai.
"Beri tahu aku, atau aku akan terus menebak"
"Coba saja"
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Taehyung untuk berpikir ketika ia tiba-tiba berhenti berjalan, menyeringai ke June seakan-akan dia baru saja memenangkan undian. "Apakah karena seseorang? laki-laki?"
June berhenti, ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman lembut tanpa mengeluarkan kata-kata,
"Wah betul!" Taehyung mengonfirmasi dirinya, terdengar lebih ke kesal daripada senang. "Dia 'kan maksudmu? Si Jimin itu, kan?" Dia berhenti sejenak, menyatukan semua teka-teki sambil menggelengkan kepala. Alasan June menghabiskan waktunya di sanggar tari bukan lain adalah Jimin. Seberapa kuat Taehyung berusaha memahami segala yang dikatakan dan dilakukan June, daya tariknya ke anak laki-laki itulah satu-satunya hal yang Taehyung tidak pernah mengerti.
--
a/n: beberapa chapter awal mungkin terlihat membosankan, but i promise things will get more interesting as the story unwraps itself. This is my way of writing.
KAMU SEDANG MEMBACA
June | PJM
Fanfiction"dia adalah separuh lainnya, tetapi terserah padanya untuk memutuskan apakah dia akan menjadi sisi yang lebih baik atau lebih buruk darinya." gadis itu memandangnya berdansa setiap malam, dalam diam. Satu yang ia tak tahu adalah, laki-laki itu menya...