----
ACT II
SCENE I
Dengan teman-teman baru yang ditemukannya, Sang Ksatria dan Adipati, Pangeran senantiasa pergi berburu di malam hari yang penuh dengan umpatan. Mereka melakukan ini sejak beberapa bulan terakhir
Tetapi memburu seekor rusa keramat tidak ada gunanya bagi Anak Laki-Laki, karena itu hanya membuat dia bertanya-tanya, apa yang bisa dinikmati dari semua itu?
Menciptakan, adalah apa yang dia inginkan dalam hidup, bukannya membuat hidup menjadi sebuah celaan. Dia ingin menulis puisi, tapi entah bagaimana tintanya selalu habis. Dia kemudian mengganti teman-temannya dengan botol-botol alkohol, berharap itu semua akan menciptakan rasa sakit yang baru.
Waktu berlalu dan teman-temannya semakin tidak penting, Sang Pangeran menari-nari dengan keserakahan, menciptakan romansa baru. Jadi dia duduk, menghitung keinginannya, lalu membuka mulutnya untuk mengatakan apa yang dia butuhkan.
"Wahai Sang Bulan, bisakah Kau mendengarku?"
"Tentu, Anak Muda, ada apa sekarang, katakan padaku?"
"Aku khawatir aku masih tidak bahagia, masih mengharapkan sesuatu yang lebih."
"Bukankah teman yang kuberikan padamu cukup untuk meringankan bebanmu?"
Pangeran mengerutkan hidungnya, perasaan baru muncul di dalam dirinya. "Kebosanan bukanlah penyebab utama dalam semua ini, ketidakbahagiaanku-lah yang menyebabkan aku jatuh."
Dan ketika tidak ada lagi yang terdengar, Anak laki-laki itu berkicau lagi seperti burung kecil. "Kumohon, tolonglah, maukah Kau membantuku lagi?"
Dan Sang Bulan dengan tenang berkata, "Baiklah kalau begitu."
ACT II
SCENE II
Sang Bulan memberinya ketampanan dan kekayaan, tidak kurang, tidak lebih, meskipun konsekuensinya mengancam akan datang, menggerogoti Sang Pangeran.
Tapi anak itu tidak keberatan, dia dibutakan oleh itu semua, keserakahanyang berjamur mulai naik dan turun di tembok kerajaan yang sombong.
Dinyatakan oleh kerajaannya sebagai Pangeran paling tampan yang pernah dilihat bangsa, dia mulai dinilai dari ketampanannya dan bukan karena dirinya, seperti dulu.
Dia menjadi berbeda, Sang Pangeran lebih gelisah, tempramen, dan tidak tahu bersyukur. Tidak peduli berapa banyak barang-barangnya yang dilapisi emas, dia selalu kehilangan teman-temannya karena merasa temannya hanya menginginkan semua itu, semua yang mereka lihat.
Sekarang, ia benar-benar tersesat dan sendirian, bocah itu tidak tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana hidup sendiri. Jadi dia menaiki tangga, berjingkat-jingkat di balkon, dia melihat ke langit di atas, menatap Sang Bulan bersinar sepanjang waktu.
"Sepertinya Kau bermasalah lagi?" tanya Sang Bulan.
Pangeran tidak perlu mengatakan apa-apa ketika raut wajahnya yang pucat memberitahu semuanya. "Aku kehilangan segalanya lebih cepat daripada yang bisa ku capai dengan kedua tanganku."
Dia mengangkat jari-jarinya ke rambutnya, mendorong frustrasi melalui untaian yang teredam dalam penyesalan. "Kupikir mereka adalah temanku, Sang Ksatria dan Adipati, tapi yang mereka inginkan hanyalah kekayaan dan tahtaku, mereka bahkan mengatakannya suatu malam. Bahkan kecantikan yang Kau berikan, perlahan akhirnya mengubahku menjadi budak."
Dia melihat ke langit, dengan air mata yang berat dan mata yang lelah. "Tolong beri aku sesuatu yang lebih. Sesuatu yang akan tinggal selalu bersamaku, menemaniku, dan aku tidak akan meminta apa pun lagi."
"Ini keinginan terakhirmu yang akan ku kabulkkan. Apakah Kau yakin tahu dengan apa yang Kau minta?"
Pangeran mengangguk dan Sang Bulan bersinar terang, mengetahui bahwa cinta mungkin menjadi sesuatu yang memberinya cahaya.
Dan ketika keinginan terakhir menjadi kenyataan dalam kegentaran, bunga-bunga di dalam pot mulai layu. Warna lukisan gantung mulai terkelupas.
Jamur baru yang menghiasi dinding kerajaan yang tinggi telah tumbuh dan berkembang. Tanpa mereka sadari, Kerajaan itu jatuh, dan perlahan, dengan licik, kejahatan mulai menyebar.
Sebelum penonton mulai bertepuk tangan lagi, Jimin berlari keluar meninggalkan panggung pertunjukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
June | PJM
Fanfiction"dia adalah separuh lainnya, tetapi terserah padanya untuk memutuskan apakah dia akan menjadi sisi yang lebih baik atau lebih buruk darinya." gadis itu memandangnya berdansa setiap malam, dalam diam. Satu yang ia tak tahu adalah, laki-laki itu menya...