*chapter filler*----
"Kenapa kau selalu membeli apel hijau?"
Tampaknya toko serba ada yang tenang dibuat untuk orang dengan suara yang bernada tinggi seperti Jimin. Jeda terjadi setelah matanya menjelajahi lorong-lorong, mengambil sayuran dan meletakkannya kembali. Siapa yang mengira bahwa menyetujui belanja bahan makanan saat larut malam akan semenyenangkan ini.
"Apakah ada yang salah dengan yang merah?"
Pertanyaan demi pertanyaan, Jimin tidak bisa menahannya: dia usil.
"Apakah kau tidak menyukai apel merah?"
Tapi June menggelengkan kepalanya. "Tidak." Matanya terus mengamati apel, seolah mencari cacat atau bintik terkecil yang akan membuat apel yang sama menyimpang dari yang lain.
"Apa? Kenapa tidak?" Alis anak laki-laki itu menyatu, semacam ketidakpercayaan muncul di wajahnya.
"Entahlah. Apel merah terlalu manis untuk seleraku dan setelah beberapa waktu, apel merah berubah menjadi gembur. Kecuali jika itu benar-benar segar, apel merah rasanya seperti makan tepung murni." June menjelaskan. "Kurasa aku lebih suka yang asam."
"Kau sangat aneh." Jimin memutar bola matanya.
Dan dengan itu, sebuah kantong plastik berisi sepuluh apel hijau yang hampir identik dipegang dengan hati-hati di tangan kanan June. Tapi sebelum dia bisa membawa mereka ke kasir, Jimin dengan cepat merogoh ke dalam tas, meninggalkan sepotong buah di bagian paling bawah: apel kesebelas.
Yang merah.
Kepala June tersentak, sifat kepribadiannya yang perfeksionis hampir tersinggung oleh tindakan tiba-tiba itu. June menelan ludah dan menghembuskan napas panjang untuk mengontrol rasa kesalnya.
"Apa?" Jimin bicara. Senyum malu-malu yang sama yang membuat June gila karena dia suka menggodanya dengan segala cara yang dia bisa. "Aku suka yang manis."
"Park Jimin, apa kau menggodaku?" Dia bertanya.
Bocah itu hanya memasukkan tangannya jauh ke dalam saku celana jinsnya, sebuah tindakan itu segera diikuti oleh seringai nakal yang halus. "Apakah kau ingin aku melakukannya?"
"Astaga, kau benar-benar idiot."
KAMU SEDANG MEMBACA
June | PJM
Fanfiction"dia adalah separuh lainnya, tetapi terserah padanya untuk memutuskan apakah dia akan menjadi sisi yang lebih baik atau lebih buruk darinya." gadis itu memandangnya berdansa setiap malam, dalam diam. Satu yang ia tak tahu adalah, laki-laki itu menya...