46. Moon Prince

3 2 0
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----

ACT I

SCENE I

Waktu. Hanyalah istilah, konsepsi, dan bagian kecil dari kemanusiaan yang tidak ada nilainya.

Tetapi waktu bukanlah satu-satunya hal yang diciptakan manusia. Ada sesuatu yang mereka sebut sebagai harapan yang harus disesuaikan dengan individu, tetapi untuk apa semua itu ada?

Hanya waktu yang tahu.

Padahal sayang sekali bahwa "waktu" hanyalah sebuah frase yang menyimpan sesuatu yang tidak bisa disentuh tapi bisa dirasakan.

Waktu ada di sekitar kita, bergandengan dengan alam dan buatan manusia.

Meskipun waktu tak terbatas, Sang Pangeran masih merasa bahwa waktu tidak dapat digenggamnya.

Pangeran yang dulunya hanya seorang anak laki-laki, merasa seperti kehilangan segalanya, menjadi tua danseolah-olah kematian akan datang menjemputnya kapanpun.

Merasa begitu kecil, tanpa tujuan sama sekali, anak laki-laki itu ingin mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dulu ia ajukan kepada ayahnya, saudara laki-lakinya, dan ibunya sendiri yang penuh kasih. Jawaban tentang kehidupan.

Ia tidak memiliki siapapun untuk berpaling saat ini, untuk kembali, pulang. Anak laki-laki itu kini berbaring di rumput, dengan waktu yang menjerat akarnya saat berlalu lebih cepat. Tapi anak itu tidak menyadarinya, dia tenggelam dalam dalam cahaya Bulan yang berkelap-kelip.

"Andaikan kau bisa bicara hai rembulan", pikir anak laki-laki itu, dengan kepala berbaring di halaman saat matanya menunggu sesuatu untuk ditangkap. "Andai saja kau bisa menjadi jawaban atas pertanyaanku."

Seolah mendengar ratapan anak laki-laki itu, Sang Bulan tiba-tiba tersenyum, memancarkan sinar terangnya dengan lebih jauh dan lebih terang.

ACT I

SCENE II

"Apa yang Kau inginkan, anak muda?" tanya Sang Bulan dengan pancaran kebahagiaan.

"Semuanya." Dengan gembira Sang Pangeran melompat berdiri, sebuah senyuman yang begitu tulus dan begitu manis. "Tolong beri tahu aku semua yang ingin ku ketahui."

Bulan sekarang tertawa dengan sedikit mengejek. "Seorang penguasa dunia, dengan seluruh kerajaan berada di telapak tanganmu, namun begitu bodoh dan tersesat. Sungguh tidak seperti yang Ratu harapkan ketika ia membesarkan seorang pemimpin."

Tapi Anak Laki-Laki itu berayun ke samping, marah dengan rasa bersalah yang mendidih di dalam. "Ini bukan salah siapa-siapa, tapi salahku sendiri. Ketidakbahagiaan datang dalam diriku dan bukan oleh takhta."

"Dan mengapa Kau tidak bahagia? Bukankah Kau memiliki segalanya?"

"Aku kehilangan kontrol dengan waktu, tersesat dengan tujuan hidup secara keseluruhan."

Mengakui rahasia terdalamnya, Anak itu duduk kembali di tanah, kehilangan harapan untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Seorang anak laki-laki yang tampaknya tersiksa dan masih sangat muda, yang membuat Sang Bulan menyadari bahwa dia sangat putus asa dengan permohonannya yang tulus dan menyedihkan.

"Baiklah." Sang Bulan berkata. "Biar kukabulkan tiga permintaan, dengan begitu Kau akan keluar dari kesengsaraanmu ini Tapi waspadalah dengan konsekuensi yang mungkin akan segera datang."

Sang Bulan tersenyum lagi, mengabulkan permintaan pertamanya, yang tidak lain hanyalah sebuah pertemanan yang tulus.

Dan penonton bertepuk tangan.

June | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang