TUJUH - RESTU WAKTU

476 84 7
                                    

Minggu, 13 Januari 2019, 07.16 pm.

"Son ayo dong."

"Bentar bentar sabar napa."

Malam ini Fiki memaksa Zweitson untuk menemaninya pergi ke pasar malam. Fiki sekarang sudah sembuh dan sudah beraktivitas seperti sedia kala.

"Son naik kora-kora yu."

"Engga ah lu aja, gua tunggu disini."

"Masa sendiri, mana seru."

"Lu main aja sana sepuasnya gua tunggu disini."

"Ya udah deh, lu tunggu disini ya jangan kemana-mana."

"Iya iya."

Zweitson duduk di salah satu kursi taman yang tersedia. Zweitson sedang tidak ada energi untuk bermain dengan Fiki malam ini. Ada yang aneh dengan dirinya saat ini. Terutama hatinya. Zweitson sering merasakan perasaan ini pada hatinya, tetapi ia tidak tahu perasaan apa itu. Hatinya sering tiba-tiba sakit tidak karuan. Jantungnya berdebar tetapi dia sedang tidak mengalami hal-hal yang buruk.

"Yah kumat lagi. Hati, jantung kalian tuh kenapa sih? Gue lagi baik-baik aja loh kenapa sesek banget ya?"

Zweitson sedikit memukul bagian tengah dadanya itu, niatnya ingin sedikit meredam perasaan aneh itu. Walaupun selama ini ia sering coba, tetap saja bukan jalan keluarnya. Akhirnya Zweitson hanya bisa mengatur nafasnya pelan-pelan agar laju detak jantungnya bisa kembali normal.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Fiki datang dengan wajah sumringah. Dia menghampiri Zweitson yang tengah duduk sendirian di keramaian orang dengan membawa 2 minuman dan cemilan beberapa kantong kresek.

"Udah puas main nya?"

"Gua gak naik."

"Napa?"

"Mana seru lah naik sendiri."

"Ajak aja orang lain."

"Siapa?"

"Ya siapa kek. Tuh anak kecil banyak lu comot aja satu."

"Eh anak orang lu. Nih makanan sama minuman."

"Thank's"

"Cama-cama cuicon. Lu gak bete apa sendirian disini?"

"Enggak."

"Kalo gua sih bete."

"Ya itu elu bukan gua. Lagian gua lebih suka gini dibanding heboh kayak lu Fik."

"Terlalu introvert lu."

"Sok tau lu."

"Gua pergi dulu bentar ya."

"Ngapain?"

"Pengen basreng, tungguin bentar."

"Ya elah Fik ini makanan udah banyak masih aja jajan."

Fiki pergi dengan tidak menghiraukan Zweitson. Fiki berjalan mencari pedagang basreng, tiba-tiba saja kakinya tersandung. Dia terjatuh dan tangannya sedikit berdarah terkena batu-batu yang ada di tanah.

"Aww sakit banget."

"Makanya kalau jalan hati-hati. Hahahahaha." Ucap seseorang dari arah belakang Fiki.

Fiki ingat tadi dia tersandung kaki seseorang.

"Lu sengaja ya?"

"Mau nangis lu?" Timpal yang lainnya.

Ada beberapa orang di depan Fiki saat ini. Jika di hitung mungkin sekitar 6 orang. Pikir Fiki mereka itu satu geng, karena memakai jaket yang sama. Sepertinya mereka semua lebih tua dari Fiki umurnya.

ZWILLING (DEZ14'02,SAMSTAG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang