Minggu, 25 Agustus 2019, 15.45 pm.
Tepat dihari ini, kompetisi dance diselenggarakan. Sudah berlangsung sejak tadi pagi. Pemenang perlombaan pun sudah di umumkan. Dan hasilnya, Gilang dan kawan-kawan berhasil meraih juara pertama di kompetisi dance tahunan ini.
Seperti tidak ada selebrasi apa-apa. Setelah semuanya selesai, tidak ada acara kumpul atau makan bersama menikmati kemenangan. Ini karena komunikasi diantara mereka benar-benar sedang tidak baik., terutama untuk Zweitson.
Semenjak kejadian di depan toko buku waktu itu, hubungannya dengan Shandy menjadi menjauh. Fenly dan Ricky masih merasa heran sampai sekarang. Belum ada penjelasan diantara keduanya. Setiap ditanya pun, keduanya kompak tidak berbagi informasi.
Seperti saat sekarang,. Fiki dan Ara yang masih penasaran dengan apa yang terjadi antara Zweitson dan Shandy. Setiap hari mereka akan menanyakan pertanyaan yang sama. Ara yang lebih bawel sepertinya. Karena dia juga mengenal baik Shandy kakaknya Fajri.
Mereka bertiga sedang berkumpul di café Lily rupanya. Menyantap beberapa cemilan dan menikmati iringi musik yang santai.
"Son, kamu bisa cerita ke aku ada apa sebenarnya?"
"Gak bosen lu Ra nanyain pertanyaan yang sama setiap hari?"
"Enggak. Dan gak akan pernah bosen sampe kamu jelasin apa yang terjadi."
"Ini masalah gue sama kak Shandy. Kalian berdua gak usah kepo."
"Son, tapi buat gue ini gak nyaman."
"Gue tau Fik. Gue juga gak nyaman dengan situasi ini. tapi apa boleh buat? Gue sendiri belum bisa cairin komunikasi gue sama kak Shandy."
"Yang salah siapa sih?"
"Gak ada yang salah Fik."
"Ya terus kenapa kalian kayak gini?"
"Udah gue bilang Ra. Ini urusan gue sama kak Shandy."
Ara hanya berpangku tangan di kursinya saat ini. dalam batinnya dia mengumpat Zweitson yang sangat keras kepala. Menurutnya masalah tidak akan pernah selesai jika keduanya hanya diam. Fiki hanya pasrah saja, dia sudah sangat mengerti bagaimana watak seorang Zweitson.
Malam ini Zweitson tengah berada di rumah Fiki. Ayah Fiki yang menyuruh Zweitson datang. Katanya ada telpon penting untuk Zweitson.
"Nih Son, ada yang mau ngomong." Ayah Fiki memberikan Zweitson ponselnya. Zweitson menerimanya, tetapi dia kebingungan akan berbicara dengan siapa dia.
"Ini siapa Om?"
"Udah dengerin aja dulu."
Zweitson lantas mendekatkan ponsel tersebut ke dekat telinganya. Sebelum dia berucap, dia bisa mendengar suara nafas seseorang di seberang sana.
"Hallo."
"Syalom nak, ini bunda."
Mata Zweitson tiba-tiba saja melotot. Orang di sekelilingnya hanya menyaksikan dengan tersenyum. Mereka sudah tahu siapa yang sedang berbicara di telpon dengan Zweitson malam ini. Termasuk Fiki, dia memang tersenyum tetapi dia malah menangis. Menangis karena bahagia pastinya.
Zweitson terdiam cukup lama, matanya tidak bergerak sedikit pun. Pacu jantungan melaju cepat. Air matanya keluar setetes demi setetes. Lawan bicaranya di telpon mencoba untuk menyadarkan Zweitson.
"Hallo, Zweitson. Kamu bisa mendengar Bunda kan?"
"Bb..bb..bb..uu..nn..ddaaaa."
"Iya sayang ini Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZWILLING (DEZ14'02,SAMSTAG)
Ficção AdolescenteCerita ringan, tentang sesosok anak yang tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya depresi sedangkan ayahnya seorang yang tak cukup mengerti tentang tanggung jawab. Zweitson Darelano, ini adalah kisahnya. Jangan terlalu mengas...