Rabu, 23 Januari 2019, 08.00 pm.
"Tante turut prihatin dengan semua ini ya Son. Tapi kita harus tentukan pilihan kita untuk kebaikan Bunda kamu."
Malam ini Zweitson sedang berada di rumah Fiki. Ada hal yang sangat penting untuk di bahas malam ini. Sudah lebih dari 2 minggu Bunda Zweitson dirawat karena depresinya. Ini tidak seperti biasanya. Biasanya hanya 1 minggu dirawat Angel akan pulang ke rumah, tapi sekarang tidak.
Kesehatan mentalnya makin hari makin memburuk. Hal yang tak pernah Zweitson duga sekarang terjadi. Angel harus berobat ke tempat yang lebih jauh dari Jakarta, agar ingatannya tentang lelaki bajingan yang di katakan Zweitson itu tak memenuhi pikirannya terus menerus.
"Kemana Tan?"
"Tante sudah menimbang-nimbang semuanya. Ayahnya Fiki memilih ke US Son. Ada kerabat kita disana juga, jadi kita tak perlu khawatir."
"Iya Son, kebetulan kerabat Om juga staff rumah sakit disana."
"Kira-kira berapa lama Om Tante?"
"Kita belum bisa pastikan Son, tapi sampai Bundamu sembuh."
Hening sekarang, Zweitson hanya menghela nafas panjang sesaat setelah Ayah Fiki berbicara. Sampai sembuh? Haruskah sejauh itu agar Bunda sembuh? Banyak sekali pertanyaan di otaknya yang dia sendiri tidak tahu harus bertanya pada siapa.
Ayah Fiki menepuk pundak Zweitson dan mengelusnya. Dia tidak ingin Zweitson terus berlarut dalam pikirannya sendiri. Siapa saja sudah tahu Zweitson tak pernah membagi apa yang sedang ada di pikirannya itu.
"Ini demi kebaikan Bunda Son. Om ingin yang terbaik untuk Angel."
"Haruskah sejauh itu?" Air mata yang ditahan akhirnya jatuh. Tetapi Zweitson harus tetap tegar di depan semua orang.
"Kalo mau nangis, nangis aja Son. Ada gue disini yang bakal meluk lo, yang bakal nguatin lo."
Fiki akhirnya bersuara setelah melihat beberapa tetes air mata terlihat jatuh di pipi Zweitson. Fiki cukup geregetan melihat kakaknya itu terus-terusan sok kuat di depan orang-orang. Padahal Fiki tahu, pasti Zweitson sedang tidak baik-baik saja.
"Ya sudah, Soni ijinin Bunda pergi. Tapi bolehkan Soni minta 1 hal?"
"Apa itu sayang? Tante akan lakukan."
"Sebelum Bunda pergi, ijinin Soni ada di depan Bunda buat ngomong sesuatu. Ijinin Soni meluk Bunda juga."
Semuanya tampak terdiam. Terutama ibunya Fiki. Bukannya tak mau mereka mengabulkan keinginan anak ini, tetapi tentang bagaimana nanti reaksi Angel setelah melihat Zweitson. Keinginan Zweitson tidaklah sulit, tetapi kenapa sangat berat setelah memikirkannya kembali.
Mereka hanya tak ingin melihat Zweitson lebih terpuruk setelahnya. Mereka juga tak ingin melihat Zweitson lebih terluka lagi. Mereka sudah tahu bagaimana nanti seorang Angel akan memaki Zweitson yang tak bersalah ini dengan makian yang tak pantas. Apalagi melihat ini adalah adegan seorang ibu dan anaknya.
"Apapun resikonya. Apapun yang nanti Bunda lakuin ke Soni, Soni akan tanggung semuanya."
"Iya sayang, nanti kamu bisa ngobrol dulu sama Bunda ya."
Ibu Fiki kini memeluk anak sulungnya. Zweitson anak dari sahabatnya ini adalah anaknya juga. Bagaimanapun dia akan tetap menjadi anaknya.
"Kapan Bunda pergi Tante?"
"Hari minggu sayang, jadi nanti hari sabtu ini kamu boleh temuin Bunda dulu ya."
"Oke Tante. Kalau gitu Soni pulang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZWILLING (DEZ14'02,SAMSTAG)
Teen FictionCerita ringan, tentang sesosok anak yang tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya depresi sedangkan ayahnya seorang yang tak cukup mengerti tentang tanggung jawab. Zweitson Darelano, ini adalah kisahnya. Jangan terlalu mengas...