TIGABELAS - BUKU CATATAN ZWEITSON

448 92 6
                                    

Jum'at, 07 juni 2019, 12.12 am.

"Ji, lu apa apaan sih."

"Lu gak usah ikut campur."

"Tapi lu udah keterlaluan Ji."

"Heh cupu dengerin. Ini urusan gua, dan lu sama sekali gak ada hak buat ikut campur urusan gua."

"Tapi dia udah minta maaf Ji. Gak sepatutnya lu bikin onar di sekolah."

"Kenapa? lu mau jadi pahlawan di sekolah ini? Biar lu terkenal karena kebaikan lu? Terus orang-orang pada muji lu gitu? Haus pujian banget lu."

"Lu kenapa sih Ji?"

"Bacot lu."

Dengan wajah kesalnya Fajri pergi dari kerumunan siswa di depan toilet ini. Kerumunan terjadi karena ulah Fajri. Dia tidak terima salah satu siswa tak sengaja menumpahkan minuman ke jaketnya.

Dia kesal dan hilang kendali. Meskipun sang siswa tadi sudah berulang kali meminta maaf, namun tetap saja Fajri tidak berhenti memukuli siswa itu.

Beruntungnya ada Zweitson disana yang berani melerai. Maksudnya berani membuat Fajri berhenti memukuli siswa tersebut. Tidak sengaja, karena Zweitson pamit ke toilet saat di kantin tadi. Jangan tanya kenapa tidak ada guru atau penjaga sekolah, kejadiannya sangat cepat sehingga belum sempat ada guru atau petugas sekolah yang datang.

"Langsung ke UKS ya, gua anter ayok."

"Thank's."

Setelah itu beberapa siswa pun ikut membantu Zweitson memapah siswa yang di pukuli Fajri. Heran memang, mengapa tidak ada yang berani jika harus berurusan dengan Fajri dan dengan geng Black Night tentunya.

"Gua bantu kompres ya."

"Aawww sakit." Sembari memegang bagian wajahnya yang sakit dan sekarang mulai membiru, siswa tersebut mengeluh sakit kepada Zweitson.

"Lu cowok harus kuat, kalau ada yang bully lo jangan takut buat lawan."

"Mana ada yang berani lawan geng Black Night, apalagi Aji."

"Ada, gua. Lu juga. Udah, gua tinggal ke kelas ya. paling bentar lagi anak PMR datang."

"Oke, thank's ya Son."

"Oke."

Bel sudah berbunyi menandakan jam istirahat sudah berakhir. Zweitson berjalan menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas dia langsung di banjiri pertanyaan oleh Fiki.

"Lu darimana aja? Dari toilet kagak nongol lagi ke kantin? Lu pingsan di toilet? Apa ketiduran sih? Jawab jwijoooonnnn jawab!"

"Ya gimana gua mau, jawab lu ngasih pertanyaan mulu. Tadi gua nganterin salah satu siswa ke UKS, dia habis di pukuli sama tu orang." Wajah Zweitson tertuju pada Fajri yang sedang sibuk dengan ponselnya. Sedikit terangkat menandakan dia menunjuk Fajri.

"Aji? Kenapa?"

"Gara-gara gak sengaja jaketnya ketumpahan minuman yang dia bawa."

"Gitu doang? Emang bar-bar tu anak."

"Dah diem, udah ada guru."

Sepulang sekolah ini Fajri langsung pulang ke rumahnya. Tidak ada kegiatan hari ini, karena Farhan dan Gilang ada beberapa urusan.

Dia sudah tiba di rumah besar yang sangat mewah ini. rumah yang sangat di benci oleh seorang Fajri. Begitupun dengan penghuninya. Salah satunya Shandy, sang kakak.

Setiap kali dia pulang kerumah ini, ada rasa sakit hati yang mendalam di dirinya. Ada hal yang tersimpan buruk di otaknya, sehingga dia membenci setiap hal yang ada dirumah mewah ini.

ZWILLING (DEZ14'02,SAMSTAG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang