Minggu pagi ini cukup cerah. Cocok untuk remaja berkulit putih susu ini, berenang di halaman belakang atau sekedar berjemur di tepian kolamnya.
Namun rencana itu gagal.
Pagi-pagi ini dia mendengar kabar jika ibu dari sahabatnya itu masuk kerumah sakit.
"Jeri, kamu mau kerumah Marv atau dia yang kesini? Temenin dia ya?, Mimi Hana melahirkan, Mama mau nemenin Mimi, kasian Pipi Mahen belum sampai. " Kata Mama nya yang bergerak kesana kemari untuk bersiap.
Jericho sendiri ikut bingung. Tak mengerti harus berbuat, namun dia juga mengkhawatirkan Ibu sahabatnya yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri.
"Permisi, Mimi, Jeri! "
Atensi keduanya teralihkan mendengar suara dari depan rumah.
Mama Rhea yang kebetulan sudah siap dengan tasnya, segera membawa sekalian menemui orang di depan.
"Marvin, " Rhea memeluk sekilas remaja 10 tahun ini.
Di tatapanya dengan lembut dan senyum tenang di wajahnya sembari mengusap rambut hitam legam itu.
"Marv sama Jeri dulu ya, saling jaga loh,"
"Mi, " Panggilan Marvino untuk ibu Jericho tak jauh seperti anak itu memanggil ibu nya.
"Tolongin Mama, ya?. Marvino gak tau harus gimana, tapi Marvino khawatir banget sama Mama juga Dede di perut Mama. "
Pelukan lagi-lagi di dapatkan Marvino.
"Pasti. Kamu sama Jeri baik-baik di sini ya, nanti Mimi kabarin keadaan Mama. "
"Marv, "
Jericho menatap sendu pada sahabatnya. Lelaki yang biasanya menularkan tawa itu kini terlihat murung.
Air wajahnya menyiratkan kekhawatiran pada orang tersayang nya yang tengah berjuang untuk melahirkan sang adik ke Dunia.
Terlebih, Marvino mengingat bagaimana raut kesakitan di wajah ayu ibu nya yang membuat remaja 10 tahun ini kebingungan setengah mati.
Mendengar suara di sampingnya, Marvino menatap Jericho. Kurva di bibirnya perlahan tercetak, membuat Jericho mau tak mau ikut membuat senyum di wajahnya.
"Peluk Gue, Je. "
Detik berikutnya, Jericho berpindah duduk di pangkuan Marvino dan memeluk erat tubuh sahabatnya.
"Semuanya bakal baik-baik aja 'kan? " Gumam Marv.
Jericho mengangguk pelan. Helai legam itu di usap lembut olehnya.
"Pasti. Jangan khawatir. . "
Kalimat demi kalimat keluar dari mulut Jericho, membuat Marvino memejamkan matanya. Menghirup dalam-dalam aroma manis di tubuh Jericho, memeluk erat tubuh itu, merasakan sentuhan menenangkan dari lelaki di pangkuannya dan mendengarkan suara yang menjadi melodi baginya.
Keduanya larut dalam pelukan hangat yang menciptakan ketenangan di hati. Meninggalkan khawatir yang terus mengacau pikiran Marv.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life ( E N D )
FanfictionCMN PENGEN DI VOTE AJG VOOOOTEEEEEEE. ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "Mavino cium adek! Gasuka! Gamau di cium-cium! Mamaaa cubit Mavino nyaa~" -Jericho ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "I'm Promised...