IAL 28

1.5K 122 3
                                        

Balutan tuxedo hitam membuat Jericho terlihat begitu tampan. Seikat rangkaian bunga kecil berwarna putih tersimpan rapih di saku kiri Jericho.

Wajahnya begitu bersinar. Rambut yang di tata sedemikian rupa oleh perias, wajah yang sedikit di beri polesan make up untuk menambah kesan tajam pada bagian tertentu.

Membuat Jericho berkali-kali lipat lebih tampan dari hari biasanya saat menggunakan setelan tuxedo.

"Udah selesai, mbak?"

Rhea tiba-tiba datang. Mengejutkan Jericho yang menatap pantulannya di meja rias.

Dua orang perias yang membantu menyempurnakan penampilan Jericho pun tersenyum dan membungkuk hormat.

"Sudah bu," ucap salah satu nya.

"Kami pamit mau bantu rias yang lain dulu ya Bu, permisi." Ucap yang lain saat melihat Rhea mulai berdiri di belakang Jericho.

Senyum Rhea tak pudar sedikitpun. Membuat hati Jericho menghangat dan teriris secara bersamaan.

"Kamu bisa, kamu hebat, Mama bangga."

Sederet kalimat itu membuat Jericho mati-matian menahan air di pelupuk matanya agar tidak terjun bebas membasahi pipi nya.

Senyum yang lebar dan terpasa berhasil Jericho berikan. Tentu dia mahir dalam berakting sedari beberapa tahun belakangan ini, hingga ibunya sekalipun tidak mengetahui arti senyum itu.

"Ayo sarapan dulu, Irene belum juga selesai."

Rhea menuntun Jericho yang sama sekali tidak bersuara sejak pagi menjelang.

"Bang, yakin?" Bisik Madreya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bang, yakin?" Bisik Madreya.

Mereka sudah ada di kediaman keluarga Jericho sejak subuh.

Itu karena Mahen dan Hana membantu serangkaian acara yang akan di selenggarakan di rumah mewah ini.

Marvino melahap sandwich nya dengan tenang sembari mengangguk kecil.

Meski hatinya berdegup keras dan berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri. Ketakutan juga terselip, mengingat dia sudah lama tak bertemu dengan cintanya, ya cintanya. Bukankah dia tidak pernah mengenyahkan rasa itu?.

"Marvino, kamu mau jadi MC?, Ini MC nya tiba-tiba gak bisa hadir."

"Kalo kamu gak mau biar Mama suruh Madreya atau Mama sendiri aja,"

Senyum Marvino mengembang. "Iya, boleh."

Bisa di ibaratkan, Marvino menggali lubang kuburannya sendiri.

"Kalo gitu selesai sarapan langsung ke altar ya, nanti di kasih tau sama pengurus wedding nya." Kata Hana sembari terus bergerak kesana-kemari menata makanan di meja.

Tepat setelah Marvino pergi ke Altar untuk mengetahui serangkaian acara yang akan di diarahkan nya sebagai MC.

"Eh, Jericho. Ya ampun manten, pangling banget Mimi liatnya."

In Another Life ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang