Sepanjang perjalanan, Jericho tersenyum senang. Meski hatinya menangis kencang.
Untuk pertamakali nya, dia takut untuk memulai hari esok. Dan semoga saja, harapan Jericho mati karna di gempur Marvino, terkabulkan.
Tiba di apartemen yang mereka kunjungi saat saling merindu, Jericho langsung memasuki apartemen, tanpa menunggu Marvino yang memarkirkan mobilnya di basement.
Sejujurnya Jericho malu. Dia tidak pernah meminta. Ya, faktor jarang melakukan hal itu juga mempengaruhi.
"Pergi sana!" Usir Jericho.
Tidak, dia bukan mengusir seseorang, dia mengusir wajah merahnya. Itu memalukan !.
Saat mendengar pintu terbuka, Jericho langsung menetralkan wajahnya. Dia menunduk untuk sekedar menyegarkan wajahnya- berharap rona merah itu hilang.
Tiba-tiba tengkuk Jericho di usap lembut. Membuat empunya mendongak dengan wajah basahnya.
Terlihat Marvino sudah melepaskan atasan jas nya, menyisakan kaos tipis yang mencetak sedikit tubuh Marvino yang semakin berotot.
Belum sempat Jericho mendapatkan kesempatan berbicara, Marvino menarik tengkuknya, dia membawa lelaki itu kembali memasuki kamar.
Tubuh Jericho sedikit di banting ke kasur besar bersprei abu-abu yang sudah tidak asing lagi.
"You chose the wrong word, let's have some rough sex."
Marvino berkata sembari merangkak naik di atas tubuh Jericho. Lagi-lagi belum sempat Jericho mengatakan sesuatu, bibirnya sudah di terjang.
Ciuman Marvino adalah candu. Yang mana membuat Jericho lemas seketika.
Setiap inchi kulit leher Jericho di jilat, di kecup dan di hisap sekilas. Marvino tak ingin membuat Jericho marah karna semua tanda merah di lehernya.
"Mmhh. ."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sorot Oren kekuningan akhirnya menembus sela-sela ventilasi di atas pintu balkon.
Erangan berat lembut terdengar.
Matanya mengerjap pelan setelah menghindari cahaya yang menyilaukan matanya.
Dia menoleh menatap lelaki di sebelahnya yang masih terpejam menghadap ke arah nya.
Badan Jericho rasanya sakit semua. Efek dari gempuran Marvino yang tidak bisa di kontrol dengan baik.
Setelah dirasa cukup untuk sesi pengumpulan nyawa. Jericho menggerakkan tangannya untuk meraih ponsel di dekat kepalanya.
Pukul 12.37
Melihat itu, Jericho berdecak malas. Pantas saja perutnya terasa sangat lapar.
"Marv," suara nya serak hampir hilang.
Mendengar suaranya yang sangat jelek, Jericho mendengus kesal. Dia melampiaskannya pada Marvino. Dengan tenaga yang tersisa, Jericho menendang Marvino.
"Akh !" Pekik Marvino.
"Bisa bangunin pelan-pelan gak??" Keluh Marvino setelah kembali menaiki kasurnya.
Jericho berdecak kesal, "Makan, laper."
Mendengar suara Jericho membuat Marvino mendelik terkejut. Dia menatap Jericho dengan tatapan khawatirnya.
Jericho mendengus kesal. Dia beralih melengos sebagai bentuk kekesalannya.
"Sayang, maafin aku." Ucap Marvino memeluk Jericho dari belakang.
'Maaf maaf, ngomong noh sama rumput yang bergoyang. Dibilangin pelan-pelan malah ga dengerin. Untung aja belum ku potong anu mu, biar ga panjang lagi. Awas aja kalo suara ku udah balik lagi, bakal aku omelin kamu seharian, panas panas tuh.' Jericho menggerutu dalam hati, karna dia sendiri malu mengeluarkan suaranya.
"Sebentar," ucap Marvino.
Lelaki yang masih bertelanjang dada itu mengambil handphonenya, tak lama suara 'tut' berjeda terdengar.
"Ah, Halo Mi,"
"Iya, ini Jericho aku bawa buat nemenin aku meeting ke luar kota ya," Marvino berucap sembari menatap Jericho yang menoleh ke arah nya.
Tiba-tiba Jericho menarik tangan Marvino yang tengah memegang ponsel, lalu mengklik tombol loudspeaker.
"Oalah dibawa nemenin kamu, kirain kemana sampe gak pulang."
"Iya Mi, maaf ya gak izin langsung. Tadinya mau di ajak main aja, tapi ada meeting mendadak di luar kota, aku ajak dia aja." Kata Marvino dengan senyumannya.
"Iya gapapa, makan nya di jaga ya !. Jangan telat loh, sama tolong jagain Jericho nya, masih suka bandel dia." Ucap Rhea di sebrang sana diakhiri kekehan kecil.
"Haha, iya Mi. Yaudah ini Marv mau siapin sarapan sambil nunggu Jericho mandi,"
"Oh, iya-iya, yasudah. Daaah !"
Bunyi 'pip' terdengar menandakan panggilan terputus.
"Dah, mungkin 2 atau 3 hari kedepan kita baru pulang." Ucap Marvino membelai lembut legam Jericho.
"Aku masak dulu, kamu mau mandi?"
Jericho mengangguk-angguk cepat. Badannya terasa lengket, apalagi di bawah sana. Dia juga ingin terasa segar.
Terlihat Marvino keluar dari selimut dan membelakangi Jericho untuk mengenakan celana pendek nya.
Lihat, perlakuan Marvino semalam bahkan membuat bahu lelaki itu terdapat banyak bekas cakaran dan gigitan.
Tubuh Jericho di gulung selimut oleh Marvino sebelum kemudian mengangkat tubuh itu untuk di bawanya ke kamar mandi.
"Bisa sendiri?" Tanya Marvino sembari membantu melepaskan lilitan selimutnya setelah merebahkan Jericho di bathup.
Jericho hanya menjawab dengan gelengan kecil sembari menahan malu karena melihat tubuhnya yang terdapat banyak becak merah keunguan.
Marvino terkekeh geli melihat tubuh Jericho yang sudah seperti motif polkadot. Tatapan tajam Jericho dan acungan jari tengah membuat Marvino semakin tertawa keras.
"Yaudah, aku masak dulu." Pamit Marvino mengecup sekilas bibir Jericho.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.