Hanya dua kata namun untuk Marvino, sangat berpengaruh. Dunianya terasa terhenti. Bahkan untuk menatap Jericho dengan jelas pun kini mengabur karna bulir air mata di pelupuk nya.
Marvino memeluk erat tubuh Jericho, seakan dia hanya miliknya, seakan besok tak ada waktu untuk hal itu dan seakan Marvino akan kehilangan Jericho nya.
Jericho ikut menangis, melihat tetesan air mata di pipi Marvino. Tangis bahagia keduanya pecah.
Marvino kembali menatap Jericho, tangan nya dengan lembut mengusap jejak air mata lelaki di depannya.
"Tapi, bukannya ini salah?."
Marvino terpaku.
"Memang, semuanya di ciptakan berpasangan. Tapi Marv, laki-laki dan perempuan."
Marvino perlahan meluruskan tangan di sisi tubuhnya, dia menatap nyalang pada Jericho. Dia merasa di permainkan.
"Gue, emang suka sama Lo, Gue juga cinta sama Lo. Tapi Gue takut Marv, Gue takut semuanya jadi gak bisa di kendaliin. Belum nanti kalo ada yang tau, pandangan mereka gimana?"
"Mama, gimana sama mama kita?, Kalo tau? Mereka pasti kecewa dan kita juga pasti bakal di pisahin."
Isakkan Jericho terdengar, kini tangis bahagia itu tergantikan oleh tangis kesedihan.
"GUE MAU SAMA LO, GUE CINTA SAMA LO, GUE MAU BAHAGIA SAMA LO !. TAPI TAKDIR BAKAL PISAHIN KITA !" Teriak Jericho.
Dengan cepat Marvino membawa anak itu ke pelukannya. Memeluk erat, menahan air mata jatuh yang membuat matanya merah.
Jericho terisak keras di pelukan Marvino. Bahkan tangannya memukul punggung atau lengan lelaki itu.
"Takdir Marv, mereka jahat, mereka gak bakal biarin kita bahagia terus, mereka jahat." Lirih Jericho dengan isakkan pilu nya.
Marvino mengeratkan pelukannya dan semakin kuat menahan air mata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jericho yang membuka matanya pertama kali di pagi ini.
Refleks dia menoleh pada tempat di sampingnya. Memperlihatkan Marvino yang terlelap dengan tangan yang menggenggam erat tangan Jericho.
Tak perlu berlama-lama mengingat, Jericho ingat jelas kejadian semalam yang terhenti begitu saja saat dirinya tertidur di pelukan Marvino.
Bahkan pagi ini, matanya terasa berat untuk di buka.
Tangan Jericho balas menggenggam Tangan Marvino, dengan pelan membawanya mendekat dan mengecup lembut tangan Marvino.
Alih-alih berhenti menangis agar matanya terbuka sempurna, Jericho malah kembali menangis mengingat takdir yang nanti akan begitu kejam padanya.
Mendengar dan merasakan tangannya basah, Marvino terbangun.
Jika biasanya dia terbangun mendapati Jericho yang tersenyum atau masih terlelap damai, kini dia melihat Jericho yang menangis pilu sembari menggenggam tangan nya.