IAL 9

2.5K 183 1
                                        

1 Minggu sudah mereka lewati dengan berlibur ke puncak dan tentunya menghabiskan waktu bersama dengan status yang berbeda.

Mengingat status keduanya sudah melebihi status sebagai sahabat. 

Meski begitu, di antara keduanya tak merasa canggung sedikitpun akan hal itu. Malah mereka sama-sama menunjukkan rasa cintanya dengan cara masing-masing.

Seperti pagi ini. Jericho sudah siap dengan setelan casual nya.

Kini lelaki berkulit putih itu tengah mengoleskan roti dengan selai coklat untuk sarapan pagi ini.

"Sayang,"

Mungkin yang mendengar akan geli saat Marvino mengucapkan nya sembari menatap Jericho penuh damba.

Jericho mengabaikan Marvino yang memeluk erat pinggangnya. Tak lupa kecupan kupu-kupu Marvino daratkan berkali-kali di leher Jericho.

Keduanya hanya diam. Jericho menikmati rasa geli di lehernya dengan hidung yang menghirup aroma manis coklat dari selai, bercampur dengan aroma maskulin milik Marvino.

Sementara yang lebih tua, fokus menghirup dalam-dalam aroma tubuh Jericho yang terkesan lembut, manis dan maskulin dalam waktu yang bersamaan.

"Nanti kalo udah disana harus jaga sikap. Gaboleh kayak gini, mereka pasti curiga." Peringatan dari Jericho mengawali pembicaraan.

"Ada saatnya kok kita ngomongin hal ini ke orangtua kita, apapun resikonya, tolong jangan lupain Gue ya?," Kata Jericho lagi.

Marvino hanya diam. Dia sangat enggan membayangkan hal seperti ini.

Berpisah dengan Jericho ada sesuatu yang sangat buruk dalam hidupnya. Dia mungkin tak akan sanggup hidup jika hal itu terjadi.

Setelah percakapan yang cukup meresahkan hati keduanya. Marvino dan Jericho mulai perjalanan pulang dengan mobil milik Marvino yang di bawa empunya sendiri.

Di sepanjang jalan, Marvino tak pernah melepaskan barang sedetik pun genggaman tangannya pada Jericho.

Sesekali dia membawanya mendekat untuk mengecup singkat. Membuat Jericho pipi Jericho merah seketika.

Mereka membutuhkan waktu 4 jam untuk sampai di kota kelahirannya. Sangat melelahkan namun mereka menikmati perjalanan itu.

Begitu berbeda. Jericho sangat menyukainya. Apalagi saat Marvino memperlakukannya seperti seorang ratu di hatinya.

Keduanya beberapakali tertawa karna sesuatu hal lucu, atau Marvino yang selalu melontarkan kalimat-kalimat manis yang membuat Jericho tersipu dengan tangan yang memilih memukul lelaki itu.

Tentu memukul sungguhan.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan keduanya. Siang hari tepat waktu makan siang, mereka sampai di rumah Jericho.

Kebetulan, ibunda Marvino meminta putranya pulang ke rumah Jericho saja.

"Haaloo anak mamaa !" Seru Rhea melihat putranya keluar mobil dengan senyum cerah.

Seperti ibu dan anak pada umumnya yang lama tak bertemu, mereka berpelukan erat untuk melepas rindu. Begitu juga dengan Marvino yang ternyata ibunya ada disana.

"Eh, ayo masuk, makan siang bareng terus baru istirahat." Ajak Rhea.

"Papa mana?" Seru kedua bocah berusia 17an itu.

Sang ibu hanya tertawa geli. "Mereka di kantor," jawab keduanya bersamaan juga.

Hana sedikit mengreyit bingung. Dia menahan langkah Marvino dan Jericho saat dia melihat sesuatu.

"Marv, Jeri, leher kalian kenapa?"

۝ ۝ ۝

۝ ۝ ۝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In Another Life ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang