Libur sekolah telah tiba sebelum hari kelulusan.
Sesuai rencana, Marvino dan Jericho pergi untuk menginap beberapa hari di puncak dan hanya berdua saja.
Bagi kedua orang tuanya tak masalah, toh vila disana juga di isi orang-orang kepercayaan mereka.
"Ternyata gak sedingin yang Gue kira," kata Jericho berdiri di balkon menikmati hawa sejuk di siang hari ini.
Marvino yang tengah merebah terkekeh kecil, mengingat permintaan Jericho tempo lalu, di tatapnya punggung Jericho dari tempatnya.
"Siang ini mau jalan atau istirahat dulu?"
Jericho berbalik, menatap Marvino dari tempatnya berdiri. Lelaki itu tampak berfikir dengan arah pandang mata ke kanan atas dan dahi mengerut.
"Istirahat ajalah, tapi mau makan dulu."
Niat hati makan di rumah makan dekat vila, keduanya malah asik menjelajah sekitar vila yang juga sedikit ramai karna wisatawan.
"Ah, sejuk banget !" Seru Jericho.
Kini dua lelaki itu tengah berdiri di jembatan, tepat di bawahnya ada danau berair jernih yang mengalir dengan tenang.
Senyum Marvino ikut mengembang, bukan karena pemandangan alam yang di dapat, itu karena lelaki di sebelahnya.
Marvino selalu menjadikan senyum Jericho adalah alasan tersenyum nya juga.
Keduanya bersama menikmati pemandangan yang di suguhkan di sepanjang jembatan. Hingga tak sadar, langit mulai berwarna jingga karna sang Surya yang perlahan bersembunyi.
"Makin dingin kan?" Tanya Marvino sembari merangkul pundak Jericho.
"Ho'o, laper lagi, Beli makanan dulu yok, terus jajanan buat di Vila." Pinta Jericho.
***
"Hih, beneran dingin ternyata." Gumam Jericho sembari menelusup masuk ke selimut.Memeluk erat tubuh Marvino yang tidur tengkurap tanpa atasan, namun selimut tebal menutupi tubuhnya
Mungkin bagi Marvino tidak terlalu dingin, lantaran dia mandi sebelum langit mulai benar-benar gelap dan langsung jatuh tertidur.
Berbeda dengan Jericho yang asik menonton televisi sembari menghabiskan camilannya. Berakhir lelaki manis ini kedinginan karena mandi saat jam menunjukkan pukul 7 malam.
Pergerakan Marvino membuat Jericho menatap lelaki itu, menunggu apa yang terjadi setelah Marvino bergerak karena terusik olehnya.
Mata Marvino masih terpejam, namun tangannya bergerak dengan tepat menarik pinggang Jericho lebih rapat ke badannya.
"Mangkanya nurut," kata Marvino dengan suara serak berat nya.
Jericho hanya tersenyum dengan wajah memanas. Dia begitu menyukai suara Marvino yang satu ini. Tersirat ketegasan namun menyampaikannya dengan lembut.
Malam itu wajah Jericho memanas. Bahkan dia memilih mengusakkan wajahnya pada dada bidang Marvino yang begitu hangat, seperti pelukannya.
Meski nafas Marvino teratur, Jericho tahu kalau lelaki itu tidak kembali terlelap. Terbukti dari punggungnya yang di usap lembut dengan teratur.
"Marv," panggil Jericho sembari jemarinya bergerak kecil di dada Marvino, ada sesuatu yang terlupakan.
Deheman kecil Jericho dengar, bersamaan dengan pelukan yang kian mengerat.
"Ada yang kelupaan gak?" Tanya Jericho.
Bukannya menjawab, Marvino malah tersenyum tanpa dilihat Jericho.
"Ada,"
Jericho sontak mendongak, menatap binar pada Marvino yang masih terpejam, sembari beringsut semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Marvino.
"Belum makan malem, Gue laper." Kata Marvino.
Ingin menunjukkan kekesalannya, namun Jericho terlalu gengsi untuk melakukan hal itu. Dia memilih mempertahankan binar matanya dan bergerak cepat mendudukkan diri.
Marvino terkejut dengan pergerakan Jericho, hingga dia membuka mata, memaksa melihat insan tuhan yang begitu indah di depannya.
"Ayo makan, keburu kemaleman." Ajak Jericho menarik-narik tangan Marvino.
Merasa sedikit kesal karena apa yang di bayangkan tidak sesuai dengan realita, Jericho menggunakan tenaganya untuk terus menarik-narik lengan Marvino.
Membuat si empu gemas, mengerti tingkah lelaki manis di depannya adalah suatu bentuk kekesalan.
Dengan sedikit menggunakan tenaganya, Marvino mampu membuat setengah tubuh Jericho terjatuh di atas tubuhnya dalam sekali tarik.
"Mau kemana?" Tanya Marvino masih khas orang bangun tidur.
Membuat Jericho sedikit kelabakan karna suara, tatapan dan posisi keduanya.
"Ke?, ke dapur? Makan? Laper kan? Makan ayo,"
Jericho mati-matian menahan suara tergagap nya.
Kembali Jericho di buat terkejut, saat merasakan benda kenyal di bibirnya. Terasa deru nafas Marvino menerpa sebagaian wajahnya.
"Ma—mhh. ."
Baru sedetik terlepas dan bersuara, tengkuk Jericho sudah di tekan untuk kembali mempertemukan kedua bela bibir mereka.
Kali ini tidak hanya kecupan, lumatan perlahan Marvino berikan pada Jericho.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life ( E N D )
ФанфикCMN PENGEN DI VOTE AJG VOOOOTEEEEEEE. ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "Mavino cium adek! Gasuka! Gamau di cium-cium! Mamaaa cubit Mavino nyaa~" -Jericho ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "I'm Promised...