IAL 29

1.3K 115 0
                                    

Dua lelaki yang selesai melepas rindu itu keluar dari kamar tamu dengan rasa waspada. Sebelum kemudian berjalan santai ke arah tempat utama yang akan diadakannya acara.

"Je,"

"Marv,"

Keduanya menoleh bersamaan, lalu tertawa menyadari tingkah bodoh masing-masing.

"Love you."

Kembali mereka berkata bersamaan, berpandangan dan saling memasang senyuman.

Jika saja tukang sound system tidak menyalakan lagu secara mendadak dengan volume yang tinggi, mungkin mereka sudah kembali saling melumat.

Sialnya mereka berdiri tepat di depan satu buah salon besar.

"Hei, Ayo mulai, kalian malah di depan salon kayak gitu?" Tanya Hana dengan suara keras.

Akhirnya ketiganya pergi ke altar, Marvino menggandeng ibunya, begitupun dengan dia menggandeng Jericho di tangan lainnya.

Saat tiba di altar, barulah tautan itu di tatap binar oleh si pelaku. Mereka bertatapan, saling mengeratkan tautan yang menyebabkan senyum lebar.

"Marvino, ini mic nya."

Luntur sudah senyum itu. Tautannya terlepas, membuat empunya merasa kosong.

"Baik, hari ini tepatnya pukul 10 pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik, hari ini tepatnya pukul 10 pagi. Janji suci akan di lantunkan oleh dua sejoli yang menginginkan sebuah bahtera rumah tangga."

Sejenak Marvino tersenyum pada pendeta yang ada di sebelahnya sedikit kebelakang. Lalu kembali menatap para tamu undangan yang sudah menanti acara inti.

"Silahkan untuk mempelai pria menempati posisi."

Tubuh Jericho berkeringat dingin, seharusnya itu sebab dia akan menikahi seorang perempuan dan mengambil tanggung jawab yang lebih besar.

Namun nyatanya, dia tak bisa berbohong. Bahkan hanya karna tatapan penuh arti dan radar Marvino di dekatnya, yang menjadi sebab dia berkeringat dingin, gelisah dan nervous.

"Dipersilahkan untuk wali dari mempelai wanita, menuntun mempelai menuju altar." Ucap Marvino lalu memundurkan langkahnya.

Pusat perhatian kini tertuju pada pengantin wanita.

Iren tampak teramat cantik. Sangat cantik, layaknya seorang wanita yang siap menjalani kehidupan baru di lembaran baru, bersama pria tercintanya.

Langkah anggunnya menyebabkan kelopak-kelopak bunga mawar berjatuhan mengiringinya.

Senyuman cantik yang terlihat semakin cantik pun membuat para undangan ikut menarik kedua ujung bibirnya.

Saat tiba tepat di depan Jericho. Ayah Iren memberikan tangan putrinya untuk di genggam dengan erat oleh lelaki itu.

In Another Life ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang