Menempati kelas akhir tahun membuat Jericho semakin sibuk. Belajar di rumah, mengerjakan ujian praktik, tambahan pelajaran, les dan segala hal lainnya yang harus dia lakukan untuk mendapatkan hasil memuaskan nantinya.
Bukan hanya Jericho, Marvino pun melakukan hal yang sama. Bahkan keduanya sedikit merenggang.
Hanya bertemu saat pagi hari, di kantin dan pulang sekolah. Selain itu, mereka sedikit sulit bertemu karna kegiatannya.
"Permisi,"
Seisi kelas memusatkan perhatiannya pada pintu kelas.
"Silahkan, ada perlu?" Tanya guru yang mengajar di kelas 9B ini.
Marvino berlalu menghampiri wanita paruh baya itu, "Saya ada perlu sebentar dengan Jericho, boleh Jericho saya ambil sebentar, Bu?"
Jericho sedari tadi memperhatikan Marvino kini tersentak kecil saat namanya di sebut.
Setelah pamit pada gurunya, Jericho menyusul Marv yang sudah di depan kelas.
"Kenapa? Kok tumben?"
Tak perlu Marvino menjawab, lelaki itu menarik Jericho ke arah taman di belakang ruang perpustakaan.
Belum sempat Jericho kembali bertanya, Marvino sudah lebih dulu bertindak.
Di peluknya erat-erat tubuh Jericho, bahkan aroma dari lehernya pun di hirup dalam-dalam oleh Marvino.
"Kangen."
Jericho yang sempat membeku kini tersenyum kecil. Tangannya bergerak mengusap lembut legam hitam milik Marv.
"Segitunya."
Hening.
Mereka sama-sama menikmati kenyamanan yang tercipta.
"Marv, pegel nih. Duduk kek,"
Ah, Jericho merusak suasana.
Akhirnya mereka duduk bersama di bangku panjang yang tersedia. Marvino merebahkan kepalanya di paha Jericho untuk mengusak wajahnya pada perut rata Jericho.
Tangan Jericho tak hanya diam. Dia mengusap lembut helai rambut Marvino yang terasa lembut di tangannya.
Marvino sengaja menarik Jericho dari kelasnya sedari 15 menit sebelum bel istirahat berbunyi. Setidaknya dia punya waktu untuk melampiaskan rindunya walau hanya dalam hitungan menit.
"Pusing banget belajar mulu," keluh Jericho.
"Nanti selesai semuanya kita liburan berdua aja, mau?" Tawar Marvino.
Memang, saat liburan sekolah keduanya sering berlibur. Entah bersama teman-temannya atau dengan keluarga keduanya. Yang pasti mereka belum pernah libur berdua.
Mendengar kalimat itu, sontak membuat Jericho tersenyum senang dan mengangguk semangat.
"Yaya! Boleh! Ke puncak ya?!, Gue pengen banget dingin-dingin di peluk Lo." Kata Jericho dengan gamblang.
Seakan hal tersebut bukan hal aneh yang dia pinta dari sahabatnya ini. Bahkan bukan hanya untuk sekedar pelukan, ciuman pun setiap hari Jericho terima tanpa menolak.
Marvino tersenyum senang. Dia bersyukur Jericho tak lantas menjauhinya karna perlakuan nya. Anak itu memang terlalu polos yang beruntung bagi Marvino karna dia menjadi salahsatu orang yang membuat Jericho nyaman.
"Ya, nanti Gue peluk Lo seharian."
Obrolan ringan mereka lakukan untuk dapat melihat macam ekspresi yang di rindukan masing-masing.
Hingga bel istirahat berbunyi, membuat keduanya memutuskan untuk pergi ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life ( E N D )
Fiksi PenggemarCMN PENGEN DI VOTE AJG VOOOOTEEEEEEE. ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "Mavino cium adek! Gasuka! Gamau di cium-cium! Mamaaa cubit Mavino nyaa~" -Jericho ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "I'm Promised...