IAL 3

3.4K 286 0
                                    

"Nananana. . Mamamamam huuum~"

Ocehan bocah kecil di pangkuan Marvino menjadikan hiburan bagi kedua bocah lelaki yang mengajaknya bermain.

Jericho terus mengajak Madreya- adik Marv, berbicara. Meskipun dia tak paham bahasa bocah kecil itu, namun dia senang mendengar setiap perkataannya di respon ocehan bayi ini.

"Panggil aku kakak, ayo aku tau kamu udah bisa manggil Marv kakak. " Pinta Jeri yang duduk di karpet berhadapan dengan Madreya.

"Gendong dulu nih, Gue mau ngambil minum, haus. "

Tubuh gempal Madreya beralih pada Jericho. Lelaki yang baru memenginjak usia 11 tahun ini menggendong Madreya dengan pelan.

Di hadapkan dengan tummy si kecil, membuat Jericho tak henti-hentinya menciumi perut itu hingga suara tawa khas bayi menggema.

"Seru banget mainnya," Sapa wanita yang merupakan ibu dari Marvino.

"Jericho, Madreya nya mau Mimi kasih susu dulu ya, biar tidur juga, " Pinta sangat ibu.

Jericho mengangguk dengan senyumannya. Detik berikutnya cukup mengejutkan Jericho. Sesuatu hangat mengalir bagian perut hingga selangkangan Jericho.

"Yah, Jeri di kasih pipis. " Ucap nya menatap melas pada bocah lelaki kecil yang menjadi penyebabnya.

Marv yang sudah di belakang Jericho tertawa di ikuti sang Ibu yang juga terkekeh geli.

Segera Madreya di bawa ke kamarnya untuk di gantikan baju. Sementara Jericho mengerucut lucu menatap Marv yang masih tertawa.

"Ayo pinjemin Gue celana pendek! " Kesal Jericho.

Dengan cara berjalan nya yang aneh— sedikit mengangkang. Keduanya memasuki kamar Marv agar Jericho sekalian mandi.

Marv sendiri menyiapkan baju untuk Jericho. Sebetulnya bukan baru pertama kali Jericho mandi dan berganti pakaian disini. Namun tetap saja, baju Jericho tak ada di lemari Marv karna lelaki itu lebih memilih membawanya pulang.

"Biar aja di tinggal, biar ada satu atau dua pasang baju Lo disini, barangkali mau nginep kan ga repot bawa baju dari rumah. "

"Gak mau, malu. "

Sederhana memang, tapi Marvino di buat tertawa renyah karna jawaban lelaki itu.

"Je, ini baju nya. " Ucap Marv setelah mengetuk pintu kamar mandi nya.

Tak lama terulur tangan dari sela pintu yang dibuka tak terlalu lebar. Merasa tidak kunjung meraih baju nya, Jericho lantas melongok sedikit menatap Marv yang tersenyum menyebalkan.

"Rese banget sih?! "

Pintu kamar mandi kembali tertutup keras setelah Jericho berhasil merebut baju nya dari tangan Marvino. Meninggalkan lelaki 9 bulan lebih tua dari Jericho itu tertawa.

Wajah kesal Jericho adalah hiburannya, wajah melas Jericho adalah kelemahan nya dan wajah cantik lelaki itu adalah pemicu ketertarikan nya.

Tak ada yang tahu selain Marvino, kalau dia menaruh hati pada bocah yang 9 bulan lebih muda dari nya ini.

Meski begitu, Marvino masih tak yakin. Di fikiran nya, dia hanya anak kecil yang tertarik pada sesuatu, saat sudah beberapa waktu nanti pasti dia akan bosan.

Entah, Marvino selalu berfikir lebih dewasa dari pada bocah seusianya. Selalu memikirkan konsekuensi dan mempertimbangkannya.

Sembari menunggu Jericho, Marvino berlalu ke arah balkon, duduk di sana menatap sekitar detemani sinar matahari yang terlihat malu-malu menampakkan dirinya di balik awan kelabu

"Mau hujan kayaknya." Bergumam kecil sebelum kemudian dia mendorong sofa panjangnya lebih masuk sedikit, barangkali terkena percikan air hujan nanti.

Marvino merebahkan dirinya di sana. Masih muat untuk lelaki yang tiba-tiba ikut merebahkan tubuhnya disana.

Bukannya terkejut, Marvino malah beralih memeluk tubuh Jericho yang membelakanginya.

"Nanti, SMP nya kita barengan lagi, ya?." Pinta Jericho sembari mengusap tangan Marvino di perutnya.

Anggukan terasa di punggung Jericho, membuat si empunya tersenyum kecil.

"Lo gak ngajak aja pasti Gue ngikutin Lo." Kata Marv dengan suara yang sedikit teredam.

۝ ۝ ۝

۝ ۝ ۝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In Another Life ( E N D )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang