"Marv, aku takut."
Jericho menatap ke arah cermin vertikal yang menampilkan full body nya.
Setelan tuxedo Navy melekat pada tubuh Jericho, sepatu hitam dan dasi Navy nya pun tampak senada dengan jas nya.
Wajah yang semakin dewasa, semakin cantik bagi Marvino. Tampak berekspresi cemas.
Marvino dengan setelan tuxedo hitam, memeluk kekasihnya dari belakang dengan mesra.
Mengecup kupu-kupu pada leher sampai pipi Jericho dan menatap pantulan keduanya di cermin.
"It's okay. You look perfect today."
Bisikan Marvino membuat Jericho semakin terhanyut pada pelukan hangat lelaki itu. Bahkan dia menyandarkan tubuhnya pada Marvino.
"Ini cuma pengenalan CEO baru buat perusahaan mu," kata Marvino.
"Bukan pernikahan kita." Sambungnya.
Sikutan pada perut Marvino diterima dengan lapang dada. Justru dia tertawa, bukan sebab sikutan itu yang menggelitik atau tidak terasa.
Percayalah, semua pukulan Jericho bertenaga. Meski Jericho melakukannya lantaran malu, tapi itu terasa sakit.
Dan Marvino dibuat tertawa karna wajah Jericho seketika merah hingga telinga.
"Mau nya putih," gumam Jericho.
Kembali tawa Marvino yang sudah reda, terdengar. Tangannya dilingkarkan lagi pada pinggang Jericho.
"Aku pake hitam?" Tanya Marvino dengan senyumannya.
Melihat gelengan Jericho membuat nya mengerutkan dahi. Semula dia menatap Jericho pada pantulan kaca, kini menatap nya dari samping.
Di ikuti Jericho yang menatap nya dengan senyuman itu.
"Pake jas merah, biar so sexyhh. ."
Kata Jericho meniru gaya bicara Nana, sahabatnya sejak SMP sampai sekarang ini.
Tawa keduanya pecah.
Tiba-tiba ketukan pintu menghentikan tawa mereka. Juga membuat Marvino melepaskan pelukannya, beralih merapihkan dasi Jericho.
Jonathan, ayah dari Jericho masuk ke kamar putranya.
"Astaga, udah bujangan masih aja minta di urusin Marvino. Mentang-mentang kamu anak tunggal, pengen banget punya Abang?, Masuk lagi sana ke perut Mama kamu."
Penampilan Jonathan memang sangar, tegas dan berwibawa. Namun tingkahnya dirumah, sama cerewetnya seperti sang istri.
"Papa apaan?, Biarin ya suka-suka Jericho." Kata Jericho.
"Kamu itu dibilangin juga. Nanti kalo Marvino udah nikah, kamu belum dapet jodoh, kamu mau gimana? Masa iya mau kumpul kebo sama Marvino. Ayo cepet, nanti terlambat, siap-siap nya dibantuin malah lama, pasti banyak bercanda."
Jonathan berkata sembari membawa keluar tas Jericho yang tergeletak di kasur rapih nya.
Tanpa mengetahui rentetan perkataan itu menusuk hati putranya. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca, menatap punggung pria paruh baya yang perlahan menghilang dibalik pintu.
Matanya beralih menatap Marvino. Menatap melas pada lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya itu.
"It's okay darl, I'm here. Tolong percaya sama aku, gak akan aku tinggalin kamu, apalagi nikah sama orang lain. Gak akan." Kata Marvino.
Jericho membiarkan liquid itu mengaliri pipi putihnya. Membuat Marvino memeluk erat-erat tubuh Jericho untuk menenangkan nya.
"Papa kamu gak sengaja bilang gitu, tau sendiri kan Papa kamu gimana? Udah ya? Jangan nangis, udah di tunggu." Suara Marvino begitu lembut menenangkan hati Jericho.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life ( E N D )
FanfictionCMN PENGEN DI VOTE AJG VOOOOTEEEEEEE. ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "Mavino cium adek! Gasuka! Gamau di cium-cium! Mamaaa cubit Mavino nyaa~" -Jericho ▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬▭ׁ▬▭ׁ֢▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ׅ݊▭ׁ▬ "I'm Promised...